Sore itu Tangerang diguyur hujan. Kami yang semula niatnya mau jalan-jalan ke Kampung Bekelir, akhirnya belok arah ke sentra kuliner Laksa Tangerang di Jl. Mohammad Yamin. Cuaca hujan begini, emang paling pas tuh nongkrong nyantai sambil makan sembari menunggu hujan reda. Bener gak?
Lagi-lagi judulnya sebuah perjalanan tanpa rencana. Jadi ceritanya, hari itu suami ada kerjaan di daerah Rembang. Tapi sebelumnya, harus mampir ke Tuban untuk suatu urusan. Karena pekerjaannya nyantai, dan urusannya di Tuban juga cuma sebentar, anak-anak semua diajak. Jadilah hari itu judulnya kami ngelencer tipis-tipis keluar kota 😄😄.
Apa sih yang biasanya bikin kita balik lagi ke sebuah warung atau tempat makan? Makanannya cocok di lidah? Harganya pas di kantong? Tempatnya nyaman dan bersih? Pelayanannya ramah? Gimana kalo ternyata semua itu ada dalam satu warung? Hohoho… aku pastikan, siapa pun bakal hepi kalo nemu tempat makan yang kayak gitu.. Seperti aku waktu akhirnya nemu sebuah tempat makan yang menyajikan masakan khas Blitar di Kediri, Waroeng Godhong Salam namanya.
Ini masih lanjutan dari cerita jalan-jalan ke Palembang ditemenin Yayan (omnduut.com) beberapa waktu lalu. Jadi, pagi itu sehabis dari Bayt Al-Qur'an Al Akbar, Yayan ngajak singgah sarapan mie celor. Aku sih gak nolak. Kebetulan, aku belum pernah cobain yang namanya mie celor ini. Nah, mumpung lagi di daerah asalnya, dan mumpung ada yang ngajakin, so kenapa enggak?
Setelah dua tahun segala aktivitas kita terpaksa dibatasi karena pandemi, sekarang perlahan semuanya mulai berjalan normal kembali. Sekolah, kantor, tempat wisata, mall, pasar, grocery store, semua sudah beroperasi meski tetap kudu mematuhi protokol kesehatan.
Food may be essential as fuel for the body. But good food is fuel for the soul - Malcom Forbes
Sewaktu saya tau kalau cafe di Kebon Krapyak Cottage menyediakan menu Sego Thiwul, saya jadi makin gak sabar pengen ke Jogja buat cobain langsung makanan yang satu ini. Soalnya saya pernah makan sego thiwul di Lampung Timur, dan saya suka. Waktu itu saya makan sego thiwul pake lauk gulai ikan lais sampe nambah-nambah saking enaknya. Iya, nambah-nambah. Itu artinya, saya nambahnya lebih dari sekali. Hahaha.. entah, itu karena lapar atau emang doyan 😄😄
Perjalanan saya ke Sumba bulan Februari lalu, meninggalkan banyak cerita. Dan saking banyaknya yang pengen diceritain, saya sampai bingung harus mulai dari mana. Ujung-ujungnya sudah bisa ditebak. Akhirnya malah gak nulis apa-apa. Kalo kata bang Rhoma, ini sungguh THER-LA-LU! 😛😛 Jadi, daripada beneran gak ada yang ditulis, sekarang saya mau cerita tentang kuliner khas Sumba aja ya.
Istilah ghost kitchen mungkin masih terdengar baru bagi sebagian orang. Bahkan ketika pertama kali mendengarkannya, pikiran kita mungkin tertuju pada dapur yang angker yang di dalamnya ada banyak hantu. Sebenarnya konsep ghost kitchen merupakan konsep penting di masa modern ini, terutama bagi Anda yang bergerak di bidang bisnis kuliner.
Siapa sih yang bisa menolak kalau diajak jalan-jalan ke Jogja? Kota yang terkenal karena pesona wisata alam dan budaya ini memang selalu menarik wisatawan untuk mengunjunginya. Pada musim liburan, banyak wisatawan yang berburu tiket pesawat ke Jogja untuk mengeksplorasi keindahan Kota Jogja. Barangkali kamu juga salah satu pecinta wisata yang nggak pernah bosan untuk berkunjung ke Jogja, benar?
Melanjutkan cerita saya tentang kuliner khas Kota Gresik, kali ini saya mau memperkenalkan satu lagi makanan yang cuma ada di Gresik. Namanya Lontong Rumo. Penasaran? Sama. Pertama kali dengar nama lontong rumo dari adik ipar, saya pun langsung penasaran. Apakah lontong rumo ini bakal jadi favorit saya seperti halnya Sego Menir? Mari kita coba...
Food is symbolic of love when words are inadequate - Alan D Wolfelt
Dulu, saya taunya kuliner khas Gresik itu cuma nasi krawu dan pudak. Tapi sejak punya adik ipar asal Gresik, pengetahuan saya tentang kuliner khas Kota Wali ini jadi bertambah. Sekarang saya selalu memasukkan Gresik ke dalam daftar tempat yang wajib dikunjungi waktu mudik. Kalo dulu mah boro-boro. Tinggal di Surabaya selama 25 tahun, yang namanya melipir ke Gresik itu bisa dihitung dengan jari sebelah tangan aja.