Merayakan Idul Adha Bersama Keluarga Muslim Thailand

Wednesday, September 23, 2015


Beberapa tahun lalu, saya pernah merasakan serunya merayakan Idul Adha di sebuah kampung kecil di seberang Kota Krabi, Thailand. Seluruh penduduk kampung itu adalah muslim. Dan saya beruntung bisa merasakan salah satu hidangan istimewa mereka, yang katanya hanya dimasak dua kali dalam setahun. Hidangan apa itu?  

Tepat jam 7 malam ketika Pak Robert menjemput kami di depan guesthouse. Kami segera menuju dermaga menunggu kapal kayu yang akan membawa kami ke sebuah moslem village yang ada di Thailand. 

Kami baru mengenal Pak Robert tadi pagi sewaktu menunggu jemputan tujuan Phi Phi Island. Begitu mengetahui bahwa kami belum mempunyai tujuan untuk besok, Pak Robert langsung mengajak kami untuk mengunjungi desanya sekalian merayakan Idul Adha di sana. Woow! tawaran menarik ini tentu saja kami sambut dengan suka cita. Kapan lagi bisa berlebaran di sebuah moslem village yang ada di Thailand? Kesempatan tak akan datang dua kali, sodara!

Kapal kayu yang kami naiki bergerak perlahan meninggalkan dermaga Kota Krabi. Suasana sudah mulai gelap. Kapal yang kami naiki tidak memasang lampu. Beberapa rumah panggung tampak terlihat di kejauhan. Lampu dari rumah-rumah itulah yang menjadi penerang perjalanan malam kami.
Lima belas kemudian, sampailah kami di tujuan. Kami berjalan kaki menuju rumah Pak Robert. Menurut cerita Pak Robert, penduduk di desa itu semuanya masih ada hubungan keluarga. Jadi semua penduduk saling kenal. Kami langsung menuju rumah Pak Robert, sebuah rumah panggung berwarna coklat yang cukup besar.

 Rumah Pak Robert

Malam itu keluarga Pak Robert berkumpul di bale-bale yang ada di samping rumah beliau. Para ibu mulai sibuk menyiapkan hidangan untuk menyambut hari raya Idul Adha esok hari. Saya dan Oke tentu tak mau melewatkan kesempatan untuk berbaur dengan masyarakat moslem village ini. Berbagi cerita juga canda, walau kami saling tak mengerti bahasa masing-masing. Keluarga Pak Robert tak ada yang bisa berbahasa Inggris. Di sinilah bahasa universal, yaitu bahasa isyarat mengambil perannya untuk menyatukan kami. Namun semua itu tak mengurangi keakraban dan kehangatan suasana malam itu. 

 Para ibu sibuk memasak

Tak lama kemudian, hidangan makan malam tersaji di depan kami. Alhamdulillah, sudah dapat tempat nginep gratis untuk malam ini, masih ditambah pula dengan bonus makan malam gratis. Allah benar-benar menyayangi backpacker kere tapi keren seperti kami.

 Hidangan makan malam

Tempat tidur kami dilengkapi kelambu gantung yang cantik. Jadi malam itu kami tidur dengan nyaman dan nyenyak sampai subuh. Di rumah keluarga asing yang baru kami kenal beberapa jam sebelumnya.

 Kelambu cantik yang melindungi kami
Suara takbir yang berkumandang sayup-sayup terdengar dari dalam kamar. Hari ini seluruh umat Islam di seluruh dunia merayakan hari raya Idul Adha. Seluruh warga dengan wajah berseri-seri bergegas menuju masjid. 

 Sholat Ied di masjid dekat rumah Pak Robert

Selesai sholat Ied, hidangan istimewa telah menanti di atas bale-bale. Opor ayam dan nasi putih hangat. Opor ayam inilah hidangan istimewa mereka. Yang hanya disajikan dua kali dalam setahun, yaitu pada hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha. Beruntunglah kami berdua yang bisa ikut menikmati hidangan istimewa itu. 

 Jajanannya sama seperti jajanan di Indonesia

 Itu dia menu istimewanya, opor ayam

 Tape ketan hitam juga ada...

 Makan rame-rame

Kami berdua pun sempat berkeliling kampung. Pak Robert berbaik hati meminjamkan sepeda motornya untuk kami pakai. Suasana kampungnya tak beda dngan kampung-kampung di Indonesia. Ada sawah, kerbau, bahkan di depan-depan rumah banyak warga yang menjemur ikan asin. 

 Dapet pinjeman motor yeeaaay...

 Suasana moslem village

 Selfie :p

 Banyak yang jemur ikan asin

Kami benar-benar dianggap sebagai bagian dari keluarga besar mereka. Tak kuasa rasanya menahan haru melihat ibu Pak Robert menitikkan air mata sewaktu kami berpamitan. Tak pernah terbayangkan sebelumnya saya akan merayakan Idul Adha dengan saudara seiman yang terpisah jarak ribuan kilo jauhnya, di sebuah moslem village di Thailand. 

 Foto bareng abis sholat Ied

 Kata mereka, wajah kami mirip... :)

 Foto sebelum pulang...

Selamat merayakan hari raya Idul Adha, kawan! Ini ceritaku, mana ceritamu?

You Might Also Like

15 komentar

  1. Waaah mb Dee, beruntung sekali bisa menginap di salah satu rumah warga di Krabi. Krabi itu mirip kayak Phuket tapi nuansa muslimnya lebih terasa karena memang banyak muslim di sini. Makin ke sini, makin dikenal oleh mancanegara, dulu kan cuma Phuket doang.
    Aku waktu ke Krabi, nginap di hotel yang pemiliknya orang Muslim.
    Pengen lagi ke sanaaaaaa :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak Eky.. Alhamdulillah.. Mereka baik-baik banget. Kami gak berenti disuguhi makanan, mulai baru dateng sampe mau pulang. Mau pulang aja ditangisin.. Sediih..
      Suasana Krabi enak banget ya mbak.. Aku kenal ama Pak Robert itu juga di salah satu guesthouse di Krabi mbak, beliau kerja di guesthouse itu..
      Pengen balik lagi kesana....

      Delete
  2. Pengalaman istimewa pakai banget, Mbak Dee An. Bikin mupeng...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak Ira.. itu perjalanan istimewa banget. Jadi kangen ama trip trip kayak gitu, ketemu keluarga di perjalanan. Sekarang kebanyakan ngetrip cuma sekadar singgah aja...

      Delete
  3. Wah bikin pingin mengunjungi Krabi...Apalagi dapat menikmati Idul Adha di negeri orang...Mbak Dee rasa Opornya sama gak dengan Indonesia??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Rasa opornya mirip ama di Indonesia, mas Elton.. Cuma yang di Krabi ini lebih light kuahnya.

      Delete
  4. Suasananya seperti di Indonesia ya mbak. Perkampungannya tampak bersih.
    Jajanannya kayak kue lumpang.

    Selamat Idul Adha juga mbak Dee :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak.. suasana kampungnya seperti di Indonesia mbak. Tapi lebih bersih, hehehe..
      Itu jajanannya juga sama kayak di kampung, ada puding hungkwe, gegetas, koci-koci..

      Delete
  5. wah mba dee berasa di tanah air yaa... hidangannya gimana disana? berempah dan pedas kah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, suasananya mirip ama di Indonesia... Hidangannya enak-enak, mbak. Kalo bagi lidahku sih rasanya pas, gak terlalu pedes. Rempahnya juga gak terasa tajam kok..

      Delete
  6. wii, serasa lagi ada di indonesia tuh, padahal beneran lagi di thailand ya? Emang, thailand itu mirip-mirip sama indonesia deh :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, mulai dari suasananya, sampe makanannya bener-bener bikin serasa di Indonesia.. Perawakan dan wajah juga gak beda jauh. Yang bikin beda cuma kalo pas ngomong aja, hehehe..

      Delete
  7. Aku seumur-umur belom pernah lebaran jauh dari rumah :) pingin juga sesekali nyoba *bakalan mewek kayaknya even itu lebaran haji doang mah hahaha*

    Kalo liat kelambu gitu jadi inget kamar datok-gedehku dulu mbak Dee. DI rumah uwak-uwakku juga pakai kelambu gitu. Ah kangen masa kecil....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku sering, Yan... huhuhu...
      Pas awal-awal dulu rasanya gimanaaaaa gitu. Tapi lama-lama ya biasa, meski rasa kangen tetep ada...
      Iya bener, kelambu itu juga mengingatkan pada masa kecil dulu... :)

      Delete
  8. Hidangannya masih sama dengan Indonesia ya. Mentang2 masih Nusantara (dulunya hehe)

    ReplyDelete