Ada Hati yang Tertinggal di Nauli Bungalow

Thursday, November 26, 2015


Perjalanan adalah salah satu cara yang bisa membuat kita mengerti tentang arti rumah yang sesungguhnya. Karena bagi setiap pejalan, rumah bisa berada di mana pun. Kalo pinjam istilahnya Firehouse, Home is where the heart is, berarti hati saya udah tertinggal di banyak tempat ya. #makanyajangansukamainhati hahaha... 

Hampir mendekati tengah malam ketika rombongan kami sampai di Nauli Bungalow. Sebuah penginapan yang berada di Desa Sembalun, di kaki Gunung Rinjani. Sudah terlalu larut untuk bisa menangkap keindahan tempat ini lewat indera penglihat. Yang bisa kami rasakan malam itu hanyalah dingin menusuk, ditambah tubuh yang penat setelah seharian bermain dengan pasir dan ombak lautan. Iyaaa..., yang main pasir di gili-gili cantik tuh temen-temen saya, bukan saya! Kalo saya mah mainnya ama pesawat yang delay aja. #sayamahgituorangnya.

Karena sudah merasa penat itulah, semua menolak tawaran mas Teguh untuk ber-api unggun, dan lebih memilih untuk segera beristirahat. Tapi tentu saja, tak seorang pun yang menolak teh hangat yang disuguhkan mbak Lia malam itu. 

Meski tak bisa jelas melihat apa yang ada di sekeliling penginapan ini, tapi saya bisa merasakan, bahwa tempat ini indah banget. Siluet Gunung Rinjani terlihat jelas dari depan kamar kami. Rinjani masih tetap gagah, dan tentu saja, mempesona dalam diam. Di tengah gembar-gembornya media yang memberitakan tentang erupsi Gunung Baru Jari yang dikenal sebagai anak dari Gunung Rinjani, di sini kami justru merasa damai. 

Menurut mbak Lia, pemilik Nauli Bungalow ini, desa-desa di sekitar Rinjani justru aman dari abu vulkanik bebatuan yang disemburkan si Baru Jari. Angin membawa abu vulkanik dan bebatuan itu terbang menjauh, hingga beratus kilometer jaraknya dari Rinjani. Sewaktu saya mengabari keluarga, kalau malam itu saya sedang berada di Sembalun, mereka sempat khawatir. Ahh.. terkadang media memang terlalu berlebihan dalam memberitakan sesuatu 😁

Penampakan kamar-kamr di Nauli Bungalow

Malam itu Nauli Bungalow menjadi milik kami. 4 kamar berupa bungalow-bungalow terpisah yang tersedia di sini semua kami tempati. Saya sekamar sama Zahra dan mbak Indri. Suasana kamarnya hangat, dengan dua buah bed berukuran queen, dan sebuah extra bed yang telah tersusun rapi. Semua perabotan di dalam kamar ini terbuat dari bambu. Mulai dari tempat tidur, meja nakas, jemuran handuk, juga meja kursi yang ada di teras. Langit-langit kamarnya pun terbuat dari anyaman bambu. 

2 bed ukuran queen 

Gantungan handuk dan baju

Teras kamar

Langit-langit kamar

Bahkan dinding luar kamar mandinya juga terbuat dari bambu-bambu yang disusun vertikal. Di dalam kamar tidak ada televisi, pun tanpa pendingin ruangan. Saya langsung menyukai tempat ini. 

Ini dinding penutup kamar mandinya

Toilet

Saya belum merasa mengantuk. Demikian juga dengan Zahra dan mbak Indri. Akhirnya kami ngobrol-ngobrol dengan mbak Lia di depan kamar. Kami sempat bertanya-tanya begitu mengetahui nama penginapan ini, Nauli. Nama yang mungkin akan biasa-biasa saja kalau kita dengar di Sumatra Utara sana, tapi di Lombok? Tentunya akan agak sedikit aneh, bukan?

Nauli Bungalow

Mbak Lia pun tidak tahu-menahu tentang asal muasal nama Nauli ini. Karena sejak beliau membeli penginapan ini pada Agustus 2013 yang lalu, namanya memang sudah seperti itu, Nauli Bungalow. Karena sebelumnya orang-orang sudah cukup mengenal nama Nauli Bungalow, jadi mbak Lia merasa tidak perlu mengubah namanya. 

Malam itu bintang-bintang bertaburan di langit Sembalun. Mbak Lia meminta suaminya untuk memadamkan satu-satunya lampu yang ada di halaman. Dan voila! Bintang-bintang di atas sana terlihat semakin indah memancarkan sinarnya. Taukah kamu, betapa saya merindukan malam-malam seperti ini. Dingin. Hening. Dan taburan bintang. Alangkah sempurnanya malam ini, andai saja ada secangkir kopi dan kamu yang menemani. 

Kursi-kursi di ruang makan pun terbuat dari bambu

Esok harinya, saya baru bisa melihat jelas keindahan yang tersaji di tempat ini sepulang dari trekking di Bukit Pergasingan. Tapi sudah terlalu siang, sehingga kabut sudah turun menyelimuti Rinjani. Saya baru memperhatikan bangku-bangku kayu yang ada di halaman samping kamar kami. Aahh... Seandainya punya lebih banyak waktu di sini, bangku-bangku kayu itu pasti akan jadi tempat favorit saya untuk menikmati suasana. Sambil menulis, baca buku, dan ditemani secangkir kopi tentu saja..

Bangku-bangku kayu di halaman

Sekali lagi saya membiarkan sepotong hati tertinggal di tempat yang asing dan jauh. Saya titipkan pada indahnya Rinjani, pada damainya Sembalun, dan pada keramahan mbak Lia di Nauli. Berharap suatu hari nanti bisa kembali, memungut sepotong hati yang tertinggal, mengisinya dengan lembaran kisah baru, dan kembali meninggalkannya, entah di mana... 

Saya, Zahra, mbak Lia, dan si kecil Aisyah

Foto bareng sebelum pulang

Dalam setiap perjalanan, akan ada suatu tempat yang bikin perasaan kita mendadak jadi melow, sehingga hasrat untuk mengeluarkan sifat romantis dan puitis menjadi tak tertahankan. Dan bagi saya, penginapan cantik di kaki Rinjani ini adalah salah satunya. Gonna miss you, Nauli! 

Nauli Bungalow
Jl. Raya Sembalun Lawang, Sembalun, Lombok Timur, NTB 83656
Rate Rp 350.000/malam (include breakfast)

You Might Also Like

35 komentar

  1. pasti pagi2 dah terkagum2 sama suasana sekitarnya ya mbak,keren banget tempatnya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak.. Tapi sayang beberapa orang dari kami gak sempat menikmati pagi di sini, karena trekking di Bukit Pergasingan. Balik dari bukit udah siang...

      Delete
  2. Sederhana dengan pemandangan luar biasa nan menggoda. Sampeyan kok melow an saiki, ojok baper an koyok tari *dibalangbeseklUnpia

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha... tempatnya emang mendukung mbak buat bermelow-melow...
      Iyo mbak, aku emang baper sih, BAwa PERmen.. nih, mau??

      Delete
  3. Aku suka bambu2nya, Mbak... Cita2 ntar rumahku di Jember pengen tak kasih mebel serba bambu... :) ira

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, aku juga suka furniture-furniture kayak gini.. Moga segera terwujud ya, mbak rumah impiannya di Jember :)

      Delete
  4. diceritakan kembali dengan bahasa yang indah...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih, mas Teguh.. Udah ngajak kami ke Nauli. Love this place!

      Delete
  5. Replies
    1. Iya, Qy... beneran asik banget.. Suasananya, pemandangannya, pemiliknya, pokoknya semua deh...

      Delete
  6. Baca judulnya udah kaget NAULI laah ini mah nama-nama anak Batak di tempat kerjaku hihi. Nauli itu kalau bahasa batak artinya cantik. *Catet ya Dee kasih tau Mbak Lia biar dibuatkan story Boardnya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe bener teh, makanya kami jadi penasaran.. kok namanya Nauli?
      Namanya Batak banget :)

      Delete
  7. Pantesan hatinya tertinggal, lha wong bungalownya unik dan view-nya Gunung Rinjani.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener, Wan... Pokoknya pengen balik lagi kesana....

      Delete
  8. Bungalownya itu lho .... ckckck. Perpaduan antara alami dan modern.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, suka banget ama yang kayak gini... Bikin betah!

      Delete
  9. Nuansa bambu memang meninggalkan kesan yg unik dan apik...

    ReplyDelete
  10. hwaaaa...nyesel deh akuuuh gak ikutan nginep waktu itu..hiks..hiks

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayoook ntar kita balik lagi kesana yaa... Aku mau lama-lama di sana...

      Delete
  11. Duh terakhir main ke Desa Sembalun 4 tahun yang lalu, selalu ngangenin tempat ini, pengen banget main ke sini lagi pengen ngerasain nginep di bungalow itu brrrrrr tapi dingin banget pasti yah mba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Sembalun emang ngangenin... Dinginnya seger tapi, Sad... :)

      Delete
  12. Kamar mandinya asyik. Puas sih mandi model outdoor gini hehehe :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha... pas mandinya sih gak dingin, tapi pas abis mandi trus kena angin langsung menggigil... :D

      Delete
  13. Etnic dan cukup murah juga rate per malamnya ya mbak?

    ReplyDelete
  14. Aku juga mau nginep di Nauli *orangnya mauan * wkwkwkwkw

    ReplyDelete
  15. Saya baru tahu ada bungalow ini di kaki Rinjani. Dulu mah keburu naik Rinjani hahaha

    ReplyDelete
  16. Sekali waktu pernah tidur di pantai pulau Pisang,
    tak ada lampu, di bawah taburan bintang semalaman.
    dan yang pasti ditemani secangkir kopi :D

    ReplyDelete