Selalu ada cerita yang tertinggal di tempat ini, Stasiun Lempuyangan, Jogja. Di lantai dingin stasiunnya, di bangku-bangku ruang tunggunya, di antara teriakan para pedagangnya, pun di antara sapa hangat para pengunjungnya. Setiap sudut stasiun ini akan setia menyimpan berjuta kenangan kita. Sampai suatu saat kita akan memungutnya kembali, dan menggantinya dengan cerita yang lain lagi. Begitu seterusnya...
Ini memang bukan bangunan tertinggi di Batam. Tapi keberadaannya di pusat kota Batam cukup menarik perhatian. Selain bentuk gerbangnya yang mengadopsi bentuk gerbang dari Masjid Nabawi di Madinah, dua menara tinggi menjulang yang mengapit setiap gerbangnya juga cukup menarik perhatian. Tampak mencolok di birunya langit Batam. Bangunan ini dipersiapkan untuk menyambut MTQ Nasional ke-25 yang akan berlangsung tanggal 5-14 Juni 2014 nanti.
Taman ini adalah salah satu
tempat favoritku sewaktu tinggal di Singapura. Selain karena letaknya yang
tidak jauh dari tempat tinggalku di Jurong West, akses menuju taman ini juga
gampang banget. Kalau naik MRT langsung turun aja di Chinese Garden station.
Naik bus juga bisa, ada banyak bus yang lewat di depan Chinese Garden ini. Satu
lagi yang bikin aku senang, untuk masuk ke taman ini tidak dipungut biaya alias
gratis.
Museum ini berbeda dengan museum pada umumnya, yang biasanya menyimpan benda-benda di dalam ruangan. Di museum ini, benda-benda peninggalan itu justru diletakkan di alam terbuka. Dengan Gunung Merapi sebagai latarnya. Sehingga, kesan suram dan tertutup yang mungkin biasa dirasakan bila kita berkunjung ke museum, tidak akan kita rasakan di tempat ini.
Tinggal di daerah kepulauan, membuat aku tak asing dengan pemandangan ini. Rumah apung khas kampung nelayan. Aku selalu antusias dengan sapaan khas dari kampung nelayan seperti ini. Rumah-rumah panggung yang berdinding bilah papan berjajar manis di tepi pantai. Lengkap dengan suara debur ombak yang menghantam kayu-kayu penopang rumahnya. Apabila ditambah dengan hembusan angin yang semilir dan kicau burung, maka sempurnalah sambutan dari kampung nelayan ini.
Dalam setiap perjalananku menuju Pantai Trikora, bangunan wihara ini selalu menarik perhatianku. Bangunannya mengingatkan aku pada film-film kungfu :)
Kalau saja aku tidak naik angkutan umum, ingin rasanya aku berhenti sejenak di depan bnagunan ini, sekadar mengagumi bangunannya yang terlihat cukup megah di antara bangunan lain di sekitarnya.
Khlong Hae Floating Market namanya. Deretan sampan yang menjajakan makanan dan minuman ringan berbaris rapi di salah satu sudut sungai Khlong Hae. Penjualnya tampak seragam menggunakan topi anyaman bertepi lebar. Para pengunjung berdiri antri di tepi sungai. Hanya makanan dan minuman ringan yang dijual di atas sampan-sampan ini. Sementara souvenir khas Thailand lainnya seperti kaos dan cindera mata, dijual di sisi lain dari pasar ini.
Sebagai pejalan, seharusnya kalimat: "Jangan tinggalkan apa pun kecuali jejak kaki, jangan bunuh apa pun kecuali waktu, dan jangan ambil apa pun kecuali foto" bukanlah sekadar sebagai semboyan saja. Tapi harus benar-benar telah tertanam kuat di benak dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadilah pejalan yang bisa bertanggung jawab. Setuju kan?
Berziarah ke makam para raja di Pulau Penyengat ini menjadi pengingat, bahwa setiap perjalanan pasti ada akhirnya. Dan sejauh apapun perjalanan kita, kita semua pasti akan kembali pada-Nya.
Foto ini diikutsertakan dalam Turnamen Foto Perjalanan Ronde-28, dengan tema TUHAN.
Ikutan yuuk.. :)