Semerbak Kopi Bangkitkan Ekonomi Laharpang Pasca Erupsi

Saturday, December 31, 2022

Kopi laharpang

13 Februari 2014 bisa jadi merupakan hari tak terlupakan bagi masyarakat yang tinggal di wilayah Kediri dan sekitarnya. Pada hari itu, sekitar pukul 10 malam, langit tampak tak seperti biasanya, cahaya kilat menyambar-nyambar diiringi suara gemuruh menggelegar yang lebih keras daripada suara petir. Tanah pun serasa bergetar secara terus-menerus. Hingga suara hujan batu yang berjatuhan membuat kocar-kacir warga yang bermukim di sekitar lereng Gunung Kelud. 

Gunung stratovulkan setinggi 1.731 meter ini erupsi, memuntahkan material vulkanik berupa batu, pasir dan abu ke udara. Bahkan lontaran abu vulkanik hasil erupsi Gunung Kelud kali ini sampai menutupi hampir seluruh Pulau Jawa, melumpuhkan aktivitas penerbangan, serta memaksa tutup tujuh bandara yang ada di Pulau Jawa. Meski hanya menelan korban jiwa sebanyak 4 orang, namun dampak kedahsyatan erupsi Kelud berhasil mencatatkan kerugian hingga 55 Miliar Rupiah, menghancurkan 12.304 bangunan.

Dari sekian banyak wilayah yang terkena dampak erupsi, Dusun Laharpang menjadi salah satu yang paling parah. Dusun yang masuk dalam wilayah Desa Puncu, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri ini lokasinya memang paling dekat dari puncak Gunung Kelud. Jaraknya hanya sekitar 5 km. 

Warga Laharpang tak hanya kehilangan rumah dan harta benda. Tapi juga mata pencaharian mereka. Karena muntahan material vulkanik juga menghancurkan lahan pertanian serta perkebunan milik warga. Bahkan menurut pengakuan salah seorang warga Dusun Laharpang, Endik Siswanto (35), "Tidak ada sehelai rumput pun yang masih hidup, dan tidak ada selembar daun pun yang masih bisa menempel di pohon usai Gunung Kelud meletus". Ia juga menambahkan bahwa setelah kembali dari pengungsian kehidupan warga dusun ini seperti dimulai dari nol lagi. 

Warga dusun yang dihuni kurang lebih 500 kepala keluarga ini pun hanya bisa mengais-ngais apa yang tersisa di antara puing-puing tempat tinggal mereka. Aliran listrik yang padam, sambungan telekomunikasi yang terputus, serta jalanan yang tertimbun pasir semakin mengisolasi dan mempersulit kehidupan mereka.

Satu hal yang memenuhi benak dan pikiran mereka saat itu adalah, "bagaimana kami harus bangkit untuk bisa melanjutkan kehidupan kami setelah ini?"

Secangkir Kopi di Laharpang yang Menjadi Pembuka Kisah

Matahari pagi itu bersinar cerah. Dengan berboncengan sepeda motor saya dan suami sampai di Laharpang. Sebuah dusun di kaki Gunung Kelud yang hanya berjarak sekitar 14 km dari tempat tinggal saya. Syahdunya suasana khas daerah pegunungan menyambut kedatangan kami di Laharpang. Sebuah dusun yang bersih dan asri. 

Gapura Kampung Agrowisata Kopi Laharpang (dok.pribadi)

Rumah kopi kelud
Lamor Coffee (dok.pribadi)

Kami masuk ke dalam Lamor Coffee. Sebuah kedai kopi bernuansa pedesaan yang juga merupakan basecamp pendakian ke Gunung Kelud via jalur Laharpang. Saya memesan secangkir kopi robusta premium. Sementara suami saya memesan secangkir kopi liberika. 

Secangkir kopi robusta premium (dok.pribadi)

Saya menyeruput kopi perlahan. Menikmati setiap jengkal rasa pahit yang membelai lidah. Sebagai penggemar kopi, terutama jenis robusta, saya merasa terpuaskan. Benar seperti yang dikatakan Mas Dhobit, salah seorang penggerak Dusun Laharpang yang pagi itu menemani kami di Lamor Coffee. Bahwa keistimewaan kopi Laharpang itu adalah rasa pahitnya yang tidak pernah menemui titik jenuh.

Aynut dhobit
Saya bersama mas Dhobit di Lamor Coffee (dok.pribadi)
 
Surga Tersembunyi Habitat Kopi yang Belum Diberdayakan

Kopi memang bukanlah varietas tanaman asli Indonesia. Tidak ada bukti sejarah pasti kapan pertama kali kopi masuk ke negeri ini. Namun, jejak yang masih ada sekarang menunjukkan bahwa Kolonial Belanda-lah yang berperan membawa masuk serta menyebarkan tanaman kopi di Nusantara.

Karakter alam tropis Indonesia, ditunjang karakter tanah yang subur karena letak geografisnya yang memiliki banyak gunung berapi, menjadi salah satu pertimbangan Belanda untuk menjadikan negeri jajahannya tersebut sebagai lahan penghasil kopi. Hingga akhirnya mereka membawa bibit kopi dari Afrika untuk dibudidayakan di Indonesia.

Kabupaten Kediri yang memiliki karakter tanah vulkanis karena memiliki gunung berapi aktif Kelud, jadi salah satu titik persebaran kopi di Pulau Jawa. Jejak awal masuknya kopi di Kediri bisa ditelusuri dari keberadaan industri kopi milik PTPN XII Ngrangkah Pawon di Satak, Kecamatan Plosoklaten. Perkebunan ini sudah ada sejak awal abad XX sekitar tahun 1900. Perkebunan ini awalnya milik Belanda, hingga pada tahun 1950-an diambil alih pemerintah Republik Indonesia di bawah pengelolaan PT. Perkebunan Nusantara XII Persero.

Lambat laun, masyarakat yang mulai mengetahui tentang tanaman kopi pun mulai menjadikannya sebagai tanaman rakyat di kebun-kebun pribadi mereka. Hingga saat ini kopi menjadi salah satu komoditas utama masyarakat lereng Gunung Kelud selain cabe dan palawija. Saat ini semua jenis kopi bisa dijumpai di wilayah Kediri, mulai dari Robusta, Liberika, Arabika, hingga Kopi Luwak telah dibudidayakan di sini.

Laharpang jadi salah satu dusun yang menjadikan kopi sebagai salah satu tumpuan ekonomi masyarakatnya. Terletak di sisi barat laut lereng Gunung Kelud, dengan ketinggian 700 hingga 900 mdpl menjadikan tanah Laharpang sangat cocok untuk ditanami kopi. 

Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Nuryakin selaku pengurus Kelompok Swadaya Masyarakat Lamor Kelud Sejahtera - Laharpang, untuk saat ini luas kebun kopi masyarakat Dusun Laharpang kurang lebih ada 1.500 hektar, dan bisa menghasilkan hingga 50 ton kopi setiap kali panen. Dengan jenis tanaman kopi yang dibudidayakan adalah Robusta dan Liberika.

Akan tetapi dengan potensi sebanyak itu tidak lantas menjadikan masyarakat Laharpang kaya. Hal ini dikarenakan mindset para petani kopi yang masih sangat tradisional. Dimana pola yang mereka gunakan selama ini hanyalah sebatas mengurus tanaman kopi, memanennya, dan lalu menjualnya kepada tengkulak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bahkan para petani kopi pun juga harus rela menghadapi harga jual kopi yang sering dipermainkan oleh tengkulak.

Miris sebenarnya, menyaksikan bahwa di balik semerbaknya wangi kopi Laharpang, ada para petaninya yang senantiasa jadi korban kapitalisme karena ketidaktahuan mereka.

Musibah Erupsi yang Menjadi Titik Awal Kebangkitan Laharpang

Mungkin saat itu tak ada satu orang pun warga Dusun Laharpang yang menyangka, bahwa musibah erupsi Gunung Kelud yang mereka alami di tahun 2014 justru menjadi awal jalan kebaikan bagi kehidupan mereka. Dan dari sinilah kisah kebangkitan Laharpang dimulai. 

Musibah erupsi Kelud 2014 yang menyandang predikat sebagai 'Bencana Nasional' tentu saja menarik perhatian dan simpati dari seluruh elemen masyarakat baik dari dalam dan luar negeri. Mereka berlomba-lomba menyalurkan bantuan, baik fisik maupun materi untuk meringankan beban saudara-saudara yang terdampak erupsi Kelud.

Singkat cerita, ada salah satu Lembaga Amil Zakat milik sebuah yayasan pendidikan ternama yang mengirimkan Tim Tanggap Bencana guna memberi serangkaian pertolongan bagi masyarakat yang terdampak bencana. Mulai dari proses evakuasi, rehabilitasi, hingga pendampingan dan pembangunan masyarakat untuk bisa membangkitkan semua sektor kehidupan mereka pasca tertimpa bencana.

Adalah Aynut Dhobit (36), figur DASAMAS (Da'i Sahabat Masyarakat) yang turut bertugas sebagai Tim Tanggap Bencana Erupsi Kelud. Sejak tahun 2014, pria asal Kabupaten Pati, Jawa Tengah ini telah mengabdikan seluruh waktu, tenaga, serta pikirannya untuk mendampingi masyarakat Laharpang supaya bangkit memperbaiki kehidupan serta meraih cita-cita bersama. 

Hampir 9 tahun sudah Mas Dhobit, begitu panggilan akrabnya, harus rela terpisah jarak dengan keluarga tercinta di Pati, dan memilih menghabiskan banyak hari-harinya sebagai bagian dari warga Laharpang. "Yaa, kadang saya sempatkan satu atau dua bulan sekali pulang ke Pati buat nengok Ibu, Istri dan anak-anak saya", begitulah pengakuannya.

Membangun mental serta mindset masyarakat pedesaan yang masih cenderung tradisional memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Bahkan usaha yang dilakukan Mas Dhobit pun sempat mendapat resistensi dari masyarakat Namun dengan semangat, ketekunan, kesabaran, serta pengorbanan yang tak mengenal kata lelah dari Mas Dhobit, niat mulia itu akhirnya membuahkan hasil. 

Seiring berjalannya waktu, satu persatu masyarakat akhirnya berhasil dirangkul untuk bekerjasama, menyatukan visi dan misi, untuk bersama-sama berjuang mengubah nasib dengan mengangkat potensi yang dimiliki oleh dusun mereka. Mereka pun yakin bahwa potensi hasil bumi Dusun Laharpang, khususnya kopi, apabila dikelola dengan baik akan menjadi sesuatu yang bernilai lebih. Dan ini tentu saja akan berdampak pada meningkatnya kesejahteraan warga.

"Terkait dengan masyarakat Laharpang, semangat dan guyup rukunnya masyarakat di sini sangat luar biasa. Dan ini merupakan aset yang sangat berharga dan perlu terus dipupuk untuk bisa mewujudkan mimpi mereka menggemilangkan Laharpang". Ungkapan optimis dari Mas Dhobit tersebut sekaligus menjadi pembuktian bahwa pemikiran serta cita-cita masyarakat Laharpang telah berhasil dipersatukan. Selanjutnya yang diperlukan adalah perjuangan bersama untuk mewujudkan mimpi tersebut.

Warga Laharpang gotong-royong membangun Lamor Coffee (dok. IG @kopi_kelud_laharpang)

Hasil lain yang tampak nyata adalah, kini Kopi Laharpang tak hanya menjadi tuan rumah di habitatnya sendiri, lebih dari itu kopi telah mampu membawa nama dusun kecil di lereng gunung ini dikenal hingga ke luar negeri. Warganya pun tak lagi hanya menjadi petani kopi konsumtif yang sering jadi bulan-bulanan tengkulak. Kini mereka telah menjadi petani produktif yang bisa mengelola sendiri hasil pertaniannya, membuka pasar luas, serta menentukan standar harga pasarannya sendiri.

Proses sortir dilakukan oleh ibu-ibu Laharpang (dok. IG @kopi_kelud_laharpang)

Yang terlihat saat ini yakni bahwa Kopi Laharpang adalah kopi yang dihasilkan bumi Laharpang, diolah dan diproduksi oleh warga Laharpang, dan hasilnya untuk bisa dinikmati oleh masyarakat Laharpang.

Biji kopi siap panen (dok. IG @kopi_kelud_laharpang)

Proses packaging dilakukan oleh warga Laharpang (dok. IG @kopi_kelud_laharpang)

Pilar-pilar Utama yang Berperan Membangkitkan Laharpang

Selama berjuang merintis kebangkitan Laharpang, Aynut Dhobit dengan dibantu warga melakukan beberapa langkah serta membentuk beberapa wadah yang bertujuan untuk memfasilitasi warga dan mempermudah kinerja mereka. Adapun pilar-pilar tersebut adalah:

●Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Lamor Kelud Sejahtera

Komunitas kelompok tani yang didirikan pada tahun 2017 ini bertujuan untuk memberdayakan anggotanya agar memperoleh hasil tani berupa kopi dengan kualitas dan kuantitas yang baik, sehingga meningkatkan pendapatan dan mencapai kesejahteraan yang diharapkan. Selain itu, juga untuk mewujudkan wilayah Laharpang menjadi Kampung Berprestasi dan Kampung Agrowisata.

● Saung Ilmu Lamor Kelud

Setelah membentuk KSM Lamor Kelud Sejahtera, langkah selanjutnya yang dilakukan Aynut Dhobit CS. adalah mendirikan Saung Ilmu Lamor Kelud. Dan Didik Abadi dipercaya sebagai ketua pengurusnya. 

Bagi masyarakat Laharpang, Saung Ilmu ini sehari-harinya adalah pusat edukasi, pusat interaksi dan pusat perencanaan program pemberdayaan masyarakat. Tak hanya itu, Saung Ilmu Lamor Kelud juga berfungsi sebagai jembatan sosial yang menghubungkan aktivitas sosial atau lembaga-lembaga sosial di luar dengan warga Laharpang.

Khataman rutin warga Laharpang di Saung Ilmu (dok. IG @kopi_kelud_laharpang)

● Kopi Bubuk Laharpang

Kopi bubuk Laharpang adalah merk produk kebanggaan masyarakat Laharpang. Kopi hasil perkebunan masyarakat dibeli dan ditampung oleh KSM Lamor Kelud Sejahtera untuk kemudian diproses dan dikemas dalam kemasan khusus sehingga bernilai jual tinggi, serta dapat menyentuh level pasar premium.

Untuk saat ini Kopi Bubuk Laharpang tersedia dalam empat varian yaitu: Robusta Premium (petik merah), Robusta Grade A, Liberika Grade A, dan Robusta Grade B. 

Produk kopi Laharpang (dok.pribadi)

● Rumah Kopi Lamor Coffee

Sepintas Lamor Coffee hanya terlihat seperti kedai kopi biasa. Namun dibalik itu keberadaannya ternyata memiliki banyak fungsi. Rumah kopi yang juga berfungsi sebagai pos wisata pendakian Gunung Kelud ini selalu jadi tujuan siapapun yang datang ke Laharpang. Dari tempat inilah pengunjung bisa mendapatkan informasi tentang spot-spot wisata yang ada di jalur pendakian sembari menikmati citarasa dan kehangatan Kopi Laharpang yang diminum dalam suasana habitatnya sendiri. Tentu saja pengalaman tersebut tidak akan bisa didapat dari tempat lain. 

Gapura pendakian ke Gunung Kelud (dok.pribadi)

Setelah mengetahui kenikmatan kopi Laharpang, maka setiap pengunjung yang datang dan coba ngopi di Lamor Coffee akhirnya membeli Kopi Bubuk Laharpang untuk dibawa pulang. Dengan kata lain, dari Lamor Coffee inilah pemasaran produk Kopi Laharpang bermula dan semakin berkembang.

Lamor Coffee (dok.pribadi)

Anugerah Penghargaan Desa Sejahtera Astra yang Semakin Mendongkrak Kehidupan di Laharpang

Geliat kebangkitan Laharpang rupanya telah berhasil menarik perhatian dari banyak pihak. Salah satunya adalah PT. Astra International Tbk. Hingga pada tahun 2019, Astra melalui program Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia, memberikan penghargaan kepada Laharpang sebagai Desa Sejahtera Astra. 

Bersamaan dengan itu Astra juga memberikan bantuan modal berbentuk dua unit mesin roasting kopi canggih yang masing-masing berkapasitas 3 Kg. Hal ini tentu saja disambut gembira oleh masyarakat Laharpang. 

Mesin roasting modern dari Astra untuk Laharpang (dok.pribadi)

Adanya predikat Desa Sejahtera Astra ini memberikan dua dampak penting bagi warga Laharpang. Pertama dengan adanya perhatian dari pihak luar (dalam hal ini Astra) semakin memotivasi sekaligus meningkatkan kepercayaan diri masyarakat akan hasil dari perjuangan mereka selama ini. Mereka yakin bahwa dengan terus bangkit berjuang bersama-sama maka impian mereka untuk menggemilangkan nama Dusun Laharpang akan dapat terwujud. 

Dampak kedua adalah adanya bantuan mesin roasting canggih dari Astra tentu sangat bermanfaat dalam meningkatkan kapasitas produksi Kopi Bubuk Laharpang, sehingga hal ini mampu mengurangi kendala yang terjadi selama ini, dimana tingginya permintaan yang sering tak terpenuhi karena kendala kapasitas produksi.

Tokoh pejuang Dusun Laharpang - Endik, Nuryakin, Didik, Dhobit (dok.pribadi)

Khusus untuk Astra, masyarakat Laharpang menitipkan pesan tulusnya melalui tulisan ini, 

"Kami sudah diberi bantuan, tapi kami tidak pernah tahu dan bertemu langsung dengan sosok yang membantu kami. Kami juga nggak tahu bagaimana caranya untuk menyampaikan rasa terima kasih kami. Seandainya saja suatu saat pihak Astra bisa datang ke sini untuk ngopi bareng dengan kami?"

Saya menikmati cerita yang mengalir dari masyarakat Laharpang seperti menikmati secangkir robusta premium. Pahit di awal, namun tak pernah menemukan titik jenuh. Karena kepahitan hidup, bukan untuk diratapi. Tapi untuk diperjuangkan. 

Itulah sepenggal cerita tertulis tentang upaya masyarakat Laharpang untuk bisa bangkit dari musibah, dan menjadi lebih baik. Banyak sekali pelajaran yang bisa dipetik tentang kebersamaan, semangat perjuangan pantang menyerah, serta solidaritas kepedulian antar sesama. Berawal dari sebuah musibah, masyarakat Laharpang bersama-sama bangkit memperbaiki kehidupan mereka. Bangkit bersama untuk Indonesia. 

Bagi yang penasaran dan ingin melihat seperti apa Dusun Laharpang serta masyarakatnya, silakan klik video di bawah ini!

You Might Also Like

0 komentar