Oleh-Oleh Cerita dari Sade, Kawin Culik dan Kotoran Kerbau

Wednesday, May 27, 2015


Berbicara tentang Lombok, seolah tak akan pernah ada habisnya. Pulau yang masuk dalam wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat ini seolah memiliki semua yang dicari oleh wisatawan. Mulai dari pantai-pantainya, Gunung Rinjani-nya, kulinernya, budayanya, kearifan lokalnya, hingga keramahan penduduknya.

Mengunjungi Lombok, tak lengkap rasanya kalau tidak mampir di Dusun Sade, dusun tradisional Suku Sasak yang berada di Desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Sebuah dusun yang masih mempertahankan adat-istiadat, tradisi, budaya, serta kearifan lokalnya. 

Memasuki Dusun Sade, mata kami langsung disambut oleh deretan rumah adat suku Sasak yang terbuat dari kayu, berdinding anyaman bambu, dan beratapkan daun rumbia. Rumah adat suku Sasak ini terdiri dari dua ruangan, yaitu bale luar yang merupakan tempat untuk menerima tamu, dan bale dalam yang merupakan dapur dan tempat tidur. Posisi bale dalam lebih tinggi daripada bale luar, keduanya dihubungkan dengan tiga buah anak tangga. 

dusun sade, kawin culik
 Rumah adat suku Sasak

Seorang lelaki suku Sasak bernama Pak Jali menemani kami berkeliling Dusun Sade. Beliau mengajak kami melihat-lihat lumbung padi. Lumbung padi di Dusun Sade sengaja diletakkan di atas bale-bale yang biasa dijadikan tempat bercengkerama bagi masyarakat. Alasan utama lumbung padi ini diletakkan di atas adalah agar hasil panen yang tersimpan di dalamnya aman dari bencana banjir maupun serangan hama tikus. Khusus untuk menghindari serangan hama tikus ini, sebuah piringan dari kayu sengaja dipasangkan di antara kayu penyangga lumbung. Sehingga apabila ada tikus yang berhasil memanjat kayu penyangga, tidak akan berhasil masuk ke dalam lumbung karena terhalang oleh piringan kayu tersebut. Sebuah pemikiran yang sungguh cerdas. 

dusun sade, kawin culik, lumbung
 Piringan bulat pengusir tikus

Di sini, 1 lumbung padi bisa digunakan oleh 5-6 keluarga. Tak ada ketentuan baku mengenai pembagian penggunaan lumbung padi ini. Selama masih ada cukup tempat, silakan diisi. Untuk penggunaannya pun, mereka membagi rata secara kekeluargaan. Hanya kaum perempuan yang diijinkan untuk mengambil simpanan padi di dalam lumbung, sementara bagi kaum lelaki, hal ini justru merupakan pantangan. 

dusun sade, kawin culik, lumbung

dusun sade, kawin culik, lumbung

 Lumbung padi

Tradisi Unik Kawin Culik

Sambil berkeliling, Pak Jali meniceritakan banyak hal menarik tentang suku Sasak. Salah satunya adalah tradisi kawin culik atau merariq. Seorang lelaki yang ingin menikahi gadis di sana, harus menculik atau membawa lari gadis tersebut tanpa sepengetahuan orang tuanya. Menculik gadis yang akan dinikahi dianggap lebih ksatria dibandingkan dengan meminta langsung kepada orang tuanya.

Wow...! Coba saja kalau ada yang berani melakukan kawin culik di daerah lain. Jangan berharap akan dianggap sebagai ksatria, yang ada justru malah bakal dilaporin ke polisi karena sudah menculik anak gadis orang. Mau?!

dusun sade, kawin culik
 Culik aku, bang..! Culik aku..! ....Plak!

Tapi jangan samakan merariq dengan kawin lari. Karena dalam tradisi merariq, bukan hanya sekadar menculik anak gadis orang, kemudian menikahinya begitu saja. Ada rangkaian panjang adat-istiadat suku Sasak yang menyertainya. 

Sesampainya gadis yang diculik tadi di rumah si lelaki, keluarga si lelaki harus mengadakan acara makan-makan yang disebut acara Mangan Merangkat. Selanjutnya adalah acara  Nyelabar, yaitu keluarga dari pihak lelaki datang ke rumah si gadis untuk mengabarkan bahwa anak gadis mereka selamat dan baik-baik saja. Setelah proses Nyelabar, masih ada acara yang disebut Bait Wali, yaitu meminta orang tua dari pihak si gadis untuk menjadi wali dalam acara akad nikah. 

Selanjutnya adalah acara akad nikah yang dilaksanakan di rumah keluarga pihak lelaki. Uniknya, acara akad nikah ini tidak dihadiri oleh keluarga dari pihak si gadis, selain yang bertindak sebagai wali. Keluarga dari pihak si gadis baru bisa hadir pada acara resepsi yang disebut Jelo Baraq. Acara resepsi atau Jelo Baraq ini diselenggarakan selama dua hari. Resepsi hari pertama disebut Jelo Jait. Di mana pada prosesi ini dilakukan pengantaran bahan pokok dan makanan ke rumah pihak pengantin perempuan. Resepesi hari kedua disebut Jelo Gawe. Jelo Gawe ini merupakan prosesi puncak dari rangkaian panjang tradisi merariq. Pada saat inilah dilakukan prosesi sorong serah aji kerame, yang merupakan pernyataan setuju dari kedua belah pihak terhadap pernikahan kedua mempelai. 

Kotoran Tak Berbau

Selain tentang tradisi kawin culik, Pak Jali juga menunjukkan bahwa semua rumah yang ada di Dusun Sade menggunakan kotoran kerbau atau sapi untuk mengepel lantai dan dindingnya. Tradisi unik ini masih terus digunakan oleh Suku Sasak hingga kini, karena mereka meyakini bahwa lantai dan dinding yang dipel menggunakan kotoran sapi atau kerbau yang dicampur dengan air akan membuat lantai jadi kesat, mengkilap dan terhindar dari lalat dan nyamuk. 

Selain itu, bila sering dipel dengan kotoran sapi atau kerbau yang dicampur air, akan membuat rumah adat suku Sasak ini menjadi dingin di musim kemarau dan hangat di musim penghujan.

Tradisi membersihkan rumah dengan kotoran sapi atau kerbau ini dilakukan sebulan sekali oleh kaum perempuan suku Sasak yang telah berkeluarga. Selain untuk membersihkan rumah, kotoran sapi atau kerbau juga dimanfaatkan untuk menjadi bahan campuran untuk membuat lantai rumah adat, yang fungsinya hampir sama dengan semen, yaitu sebagai bahan perekat. 

Dengan adanya campuran kotoran sapi atau kerbau tersebut lantai rumah akan menjadi lebih kuat dan tidak mudah retak. Ada yang berminat menjadikan kotoran sapi atau kerbau untuk membersihkan lantai...?!

::: tulisan mentah dari artikelku yang dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat terbitan 23 Mei 2015 :::

You Might Also Like

18 komentar

  1. Hiks, aku udahhhh dulu banget ke Lombok. Sebelum nikah. Tapi gak kemana-mana. Cuma mandi di pantai Senggigi doang.

    Oh ya, Mbak lantai yang dipel dengan kotoran itu apa gak bau, yah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Brati kudu balik lagi ke Lombok, mbak Ira :)
      Waktu aku kesana sih sama sekali gak bau, mbak....

      Delete
  2. Uniiiik hahaha, ya ampun gak kebayang kalo di Palembang begitu. Bisa "HABIS"!

    ReplyDelete
  3. mantap memang nih lombok. tetangga bali yang nggak kalah indah,
    terakhir saya kesini... waktu umur 5 tahun :")

    ReplyDelete
  4. Sepertinya tiap wanita di desa sade ini pasti berharap biar segera diculik ya xixixxi~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha... culik aku, bang.. culik akuuu.... :D

      Delete
  5. Paling suka datang ke Sade itu saat melihat kain-kain tenunnya. Cantik-cantik, unik, dan etnik.
    Piringan di atas tiang lumbungnya itu ide yang sangat kreatif ya. Tikus jadi ga bisa naik, terhalang piring. Dulu aku lama memperhatikannya. Kagum.

    Situ minta diculik? *berfikirkerasmau nyodorin seseorang entah siapa* :)))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener, mbak.. Ide piringan pengusir tikus itu cerdas banget menurutku. Aku beneran kagum. Dusun ini punya banyak pesona dan kearifan lokal yang luar biasa ya...

      Mbak Rien mau nyulik akuuuh? *kedipkedipmatagenit.. ;)

      Delete
  6. iya bener banget ngepelnya pake kotoran sapi :D
    aku pernah berpose sambil menenun disini. sok bisa banget :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waktu diceritain itu rasanya sampe melongo ya, Zahra.. dipel pake kotoran kerbau atau sapi, tapi gak bau. Ngebayanginnya aja susah ya.. :D

      Delete
  7. ngepel lantai dan dinding pakai ITU? jadi inget cerita Dung teletong sapi India. kalau memang sudah tradisi, terasa bias biasa saja :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak.. tradisi yang mungkin bagi orang luar terkesan aneh dan gak masuk akal... Tapi ya emang itulah kenyataannya :)

      Delete
  8. Benar-benar unik ya kebiasaan di desa Sade ini, kamu udah nyoba Dee ngepel dengan kotoran sapi? :D

    ReplyDelete
  9. kawin culik masih masuk akal daripada kawin lari ya mba #ups.. eemmm itu kotoran kerbaunya dibiarkan atau diguyur air sesudahnya.. *kebayang baunya* hmmmmm

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha.. kalo kawin lari beda urusan ya mbak Ima :D

      Delete