Mengenal ERU (Elephant Respon Unit) di Lampung Timur

Wednesday, August 08, 2018


Ingat Lampung, pasti ingat gajah. Kalau ingat gajah, pasti langsung ingat Taman Nasional Way Kambas (TNWK). Taman nasional yang ada di Lampung Timur ini memang sudah sejak lama menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin melihat lebih dekat kehidupan hewan berbelalai panjang itu. Karena memang, TNWK merupakan Pusat Konservasi Gajah, yang tak hanya berperan untuk melindungi, tapi juga mengembangbiakkan dan melatih gajah-gajah yang ada di sana.

Tapi TNWK bukanlah kebun binatang, dimana hewan-hewan yang ada hidup terkurung dalam lingkungan terbatas. TNWK luasnya mencapai 1300 km². Dan di beberapa bagian terluarnya berbatasan langsung dengan perkebunan dan pemukiman penduduk. Dalam kondisi seperti ini, bukan tidak mungkin ada gajah yang masuk ke perkampungan. Apalagi, dari sekitar 300 gajah yang hidup di kawasan TNWK, tidak semuanya tergolong gajah jinak. 

Gajah di Camp ERU

Kebayang donk, gimana jadinya kalau sampai gajah-gajah liar itu masuk ke perkampungan? Gajah-gajah itu gak cuma akan menyerang penduduk, tapi juga bisa merusak kebun dan lahan pertanian. Nah, konflik yang seperti ini harus diatasi. Karena tak hanya berakibat buruk bagi penduduk setempat, tapi juga bagi gajah-gajah itu sendiri. Nah, untuk mengatasi masalah-masalah seperti ini akhirnya didirikanlah Camp ERU (Elephant Respon Unit)

Apa sih Camp ERU? 

Jadi, ERU ini memang sengaja didirikan untuk menangani masalah konflik yang terjadi antara gajah liar dengan penduduk yang tinggal di sekitar kawasan TNWK. ERU ini berada di bawah Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang didukung penuh oleh lembaga-lembaga konservasi seperti Komunitas Hutan Sumatra (KHS), Asian Elephant Support, International Elephant Foundation, Wildlife Without Borders.

Pusat informasi Camp ERU Margahayu

Saat ini ada tiga lokasi ERU yang tersebar di sekitar kawasan TNWK, yaitu ERU Bungur, ERU Tegal Yoso, dan ERU Margahayu. Di tiap-tiap Camp ERU ada pawang/mahout, polisi hutan, dan sekitar 6-7 gajah jinak. Dengan dibantu warga sekitar, bersama-sama mereka menghalau gajah-gajah liar yang masuk ke perkampungan agar kembali ke kawasan TNWK. Tujuannya jelas, untuk meminimalisir konflik yang terjadi antara gajah dengan manusia. 

Selain untuk penanggulangan konflik, ERU juga mempunyai kegiatan lain seperti breeding atau pengembangbiakan gajah, patroli gajah, dan penyelamatan gajah (rescue). Singkatnya, keberadaan ERU ini sangat berperan terhadap kelangsungan hidup gajah-gajah dan lingkungan yang ada di sekitar TNWK. 

Foto-foto kegiatan penanggulangan konflik di Camp ERU

Camp ERU Bukan Tempat Wisata

Catet ya, Camp ERU ini bukan tempat wisata. Tapi bukan berarti tidak boleh berkunjung ke sini. Camp ERU boleh dikunjungi untuk tujuan edukasi, terutama yang berkaitan dengan kehidupan gajah dan lingkungan hidup. Jadi, buat kamu yang punya niat buat piknik cantik sambil gelar tikar di sini, atau mungkin ingin melakukan sesi pemotretan pre-wedding, please buang jauh-jauh ya niatnya. 

Salah satu sudut Camp ERU

Suatu sore di bulan Oktober, saya dan beberapa teman blogger diajak mengunjungi Camp ERU Margahayu oleh mbak Sari, seorang teman baik yang mengajak kami untuk lebih mengenal pesona Lampung Timur. 

Sinar matahari sore itu terasa hangat membelai wajah. Saya duduk manis dibonceng Rian, anggota Pokdarwis Margahayu yang sore itu menjadi guide kami ke Camp ERU. Tadi kami singgah di rumah mas Sunandar di Dusun Margahayu. Tepatnya di Desa Labuhan Ratu Tujuh, Kecamatan Labuhan Ratu, Lampung Timur. Tak berlama-lama di rumah mas Sunandar, kami pun melanjutkan perjalanan ke Camp ERU dengan berboncengan naik sepeda motor. 

Jarak dari Dusun Margahayu ke Camp ERU tidak terlalu jauh, hanya sekitar 3 km. Bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Tapi karena hari itu kami sudah kesorean, jadi kami pergi ke Camp ERU naik sepeda motor. Kami beriringan melewati jalan setapak yang merupakan batas antara pemukiman penduduk dan kawasan TNWK. 

Jalan setapak yang kami lewati untuk menuju Camp ERU

Di seberang sungai itu adalah kawasan TNWK

Pemandangan khas pedesaan tersaji di depan mata. Hamparan sawah, kebun, dan kerbau yang asyik merumput. Bonusnya, sore itu kami melihat empat ekor gajah sedang mencari makan di tepian Sungai Way Penet. Kata Rian, itu adalah gajah-gajah jinak dari Camp ERU. Ooh, rupanya mereka-mereka inilah yang 'bertugas' menghalau gajah-gajah liar agar tak masuk ke pemukiman warga.

Gajah jinak dari Camp ERU

Kami di Camp ERU Margahayu

Memandikan Gajah di Camp ERU

Ada satu pengalaman berkesan yang saya dapat di Camp ERU. Mau tau pengalaman apa itu? Pengalaman memandikan gajah! Iya, sore itu saya berkesempatan memandikan dua gajah, yaitu Meli dan Amel. Meli dan Amel ini adalah ibu dan anak. Ibunya bernama Meli, dan Amel itu Anaknya MELi. Hehehe, jadi tau kan dari mana asal nama Amel? 

Mandiin gajah

Disikat biar bersih

Cara memandikan gajah di sini cukup unik. Jadi, gajah-gajah yang akan dimandikan dibawa ke tempat khusus, anggap saja itu kamar mandi khusus gajah. Kemudian gajah dimandikan dengan cara menyemprot badan gajah dengan selang, dan menyikat kotoran di badan gajah menggunakan sikat. Ternyata susah juga membersihkan badan gajah, ya.. 😁😁

Cieeee yang udah mandi...

Senja di Taman Nasional Way Kambas

Dari Camp ERU, kami diajak melipir ke Pusat Konservasi Gajah di TNWK. Di sana kami dapat lebih banyak lagi cerita-cerita tentang gajah yang ada di sana. Salah satunya adalah tentang Yekti, gajah kecil berumur 4 tahun yang manis. Kakinya terkena jerat perangkap rusa dan masih belum pulih. Karena khawatir Yekti lepas dan nyasar di kawasan TNWK yang luas itu, para mahout merantai kakinya. Bukan untuk membelenggu, tapi ini justru salah satu upaya untuk menyelamatkan dan menjaga Yekti.

Menikmati senja bersama Yekti

Hari sudah beranjak gelap ketika kami harus berpamitan pada mahout dan gajah-gajah manis di TNWK. Berat rasanya, apalagi waktu ngeliat Yekti. Gajah kecil itu seperti ikutan berat melepas kami. Semoga saja dia gak menganggap kami jahat. Tega ninggalin dia waktu lagi sayang-sayangnya.. #eaaaa.. 😃😃

You Might Also Like

41 komentar

  1. Wah, potret senja dengan belalai si Yekti jadi penutup yang manis banget. Jadi kudu inget, jangan ditinggalin pas lagi sayang-sayangnya. Syakit bin nyelekit, hoho.

    Jangan poto Prewed, apalagi gelar tikar buat piknik, ntar diinjek gajah, wkkkk.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha betul banget, Eka.. Buyar acara prewed kalo samape diinjek gajah

      Delete
  2. mbak dian ini oktober tahun kapan ? tahun lalu kah ? sharing dong mbak gimana caranya kalau kita ingin datang ke eru ini ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, Oktober 2017. Kalau mau ke ERU, bisa naik Damri jurusan Labuhan Maringgai. Turun di Gang Comfeed. Dari gang masuk kiri kira-kira 1 km. Cari aja rumah Mas Sunandar. Nanti beliau atau teman-teman Pokdarwis yang akan mengantar ke ERU

      Delete
  3. Asyik, foto terakhirnya kayak ending film dengan happy ending

    ReplyDelete
  4. ini di way kambas bukan sih? aku terakhir ke way kambas kelas 5 sd dan belum kaya ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kak.. Ini masih satu kawasan dengan Way Kambas

      Delete
  5. Kreatif Mba pawangnya ngasih nama anaknya meli dg AMEL. Wkwkwkkwkw
    Ada aja idenya.

    Tapi apakah saat memandikan gajah, mereka tidak gerak atau melakukan gerakan mendadak ya ?
    aku ngeriii mbaaaaa..

    Semoga Yekti cepat pulih !

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waktu dimandiin gajahnya bukan cuma gerak-gerak, Des, tapi juga jalan-jalan. Jadi ya seru aja siih

      Delete
  6. Owwww kirain memang udah jadi objek wisata. Beruntung dapat kesempatan masuk camp gajah. Bisa tau mereka lebih jauh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga dikemudian hari tetap tidak dijadikan objek wisata, bang.. Ya tau sendiri kan bakal gimana jadinya kalo tempat ini dijadiin objek wisata. Pastinya pada berduyun2 dateng, trus selfie sambil naik2 gajah, belum lagi sampah..

      Delete
  7. Keren kakak. Kesempatan spesial bisa langsung ke TNWK

    ReplyDelete
  8. Gajahnya pasti bahagia banget di mandiin sama mbak dian.. Semoga tahun ini bisa main ke lampung

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha.. gajahnya seneng soalnya tau bakal diposting di blog ya...

      Delete
  9. Keberadaan ERU dan beberapa programnya saya pikir cukub baik untuk meminimalisir exploitasi terhadap binatang, mengingat masih ada kebun binatang yang eksis menggunakan gajah sebagai bagian dari kegiatan komersial. Tulisannya keren banget mbak...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget, bang. Programnya ERU ini bagus banget. Makanya harus kita support

      Delete
  10. Jadi tempat ini bisa menjadi objek wisata edukasi gtu ya, Mbak? Berarti bawa bocah2 utk belajar ttg gajah, apa boleh?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa Jul.. Malah bagus banget kalo anak2 bisa mengenal dan belajar langsung tentang gajah. Asal anak-anak gak mengganggu gajah-gajah yang ada di ERU.

      Delete
  11. keren nya lampung timur ini, dengan wisata yang menarik dipandang

    lalu ada gajah gajah mungil yang manis untuk difoto bareng

    jadi pengen kesana juga ah

    capcus cin ... aw

    ReplyDelete
  12. Kangen pengen main ke Lampung Timur, itu Amel kok gemeeesh huhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku juga, mbak.. kangen pengen balik ke Lampung Timur lagi

      Delete
  13. pengalaman tak terlupakan banget ya maen bareng gajah, hehe.

    ReplyDelete
  14. Menarik juga ini tempat ya. Edukasi sekaligus praktek langsung!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget. Jadi lebih tau tentang kehidupan gajah-gajah yang ada di sana..

      Delete
  15. waktu ke lampung blom kesampaian kesini hiks, keceh nih mba dee tempatnya, next kalau ke lampung harus kesini ah

    ReplyDelete
  16. wuih. pengalaman tak ternilai tu kak bisa mandiin gajah. apalagi foto sama gajah jinak kayak gituu.. mauuuu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener, Wen.. Aku seneng banget bisa mandiin gajah di sana

      Delete
  17. wuih. bisa mandiin gajah itu pengalaman tak ternilai sekali.. apalagi bisa foto sedekat dan seakrab itu sama Yekti. mauuu

    ReplyDelete
  18. Sangat bagus ini ada ERU ya Mbak... jadi ada komunikasi antara warga dengan gajah liar ya Mbak, jadi gajah tidak harus dibumihanguskan melainkan dijadikan teman baik. Jadi pengin ke Wei Kambas ini Mbak...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget, mbak.. Masyarakat sana ngerasa banget manfaat setelah ada ERU ini, mbak..

      Delete
  19. Keren banget yang foto sama Yekti itu, semoga Yekti lekas sembuh dan dapat tumbuh dengan sempurna menjadi gajah yang bahagia..

    Itu gajah jinaknya apa lebih kuat dari gajah liar atau gmna ya sampai gajah liarnya dapat dihalau gitu..

    -Traveler Paruh Waktu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan karena lebih kuat sih.. Cuma kan karena mereka sama-sama gajah, jadi saling ngerti bahasa masing-masing.. Makanya, menghalaunya perlu pakai gajah yang jinak, biar gak malah jadi ribut ama gajah liar

      Delete
  20. Saya terkesan. Saya sangka kalau mau mandiin gajah itu mesti ke Bali Zoo atau ke Kamboja, tapi ternyata di Lampung juga bisa. Kenapa nggak ada yang mengolah ERU ini jadi tempat wisata ya? Saya demen petualangan kayak begini..

    ReplyDelete