Visit Tidore Island - Tanda Cinta dari Timur Indonesia

Friday, March 17, 2017

Sumber foto: Tips-Wisata-Indonesia

Saya melangkah perlahan melewati jalan setapak di antara kebun tomat dan labu milik warga. Sesekali aroma khas cengkeh dan pala menelusup masuk dalam indera penciuman. Saya jadi ingat pelajaran sejarah di bangku sekolah dulu, rempah-rempah inilah yang 'mengundang' para penjelajah Eropa datang ke Maluku. Dan dari rempah-rempah inilah segala kisah tentang perjuangan Bangsa Indonesia dimulai. 


Menuju Kie Matubu

Tapi lupakan dulu masalah perebutan kekuasaan yang disebabkan oleh godaan rempah-rempah. Yang harus saya pikirkan saat ini adalah bagaimana melanjutkan perjalanan menuju puncak Gunung Kie Matubu, sementara langkah kaki terasa semakin berat. Jalan setapak yang kami lewati bercabang-cabang, namun kami melangkah dengan pasti. Saya merasa tenang, karena ditemani oleh mereka yang memang mengenal daerah ini. Dan lagi, sebelum mulai pendakian tadi, kami sudah meminta ijin pada 'sohi' atau Kepala Desa Gurabunga. 

Ini dia yang jadi rebutan. Sumber foto: caping.lsdpqt.org

Sudah lebih dari 5 jam saya berjalan sejak meninggalkan Desa Gurabunga. Sebuah desa yang berada di ketinggian 1100 meter di atas permukaan laut, yang menjadi salah satu titik untuk memulai pendakian ke Kie Matubu. Langkah kaki terasa semakin berat. Napas pun mulai tersengal. Sepertinya saya berjalan dengan pola 5-10. 5 menit berjalan, 10 menit berhenti untuk beristirahat. Begitu terus. Terasa banget efek kurang latihan fisik. Umpetin lemak di perut. 

Tentang Tidore

Menurut warga setempat, normalnya perlu waktu sekitar 4 jam untuk sampai di puncak Gunung Kie Matubu, atau yang juga dikenal dengan nama Gunung Tidore. Sekali lagi saya berhenti untuk beristirahat. Pikiran saya melayang, membayangkan peristiwa yang terjadi sekitar abad ke-16 hingga abad ke-18. Masa dimana Kesultanan Tidore mengalami kejayaan, pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Beliau adalah pemimpin yang cerdik dan berani. Beliau menyatukan Tidore dan Ternate untuk bersama-sama mengusir penjajah Belanda dari bumi Maluku. 

Tidore, meski terlihat hanya berupa titik kecil dalam peta Indonesia, tapi namanya tertoreh dalam catatan sejarah bangsa ini. Sejarahnya menarik untuk dikulik. Secara historis, Tidore merupakan salah satu kota yang memiliki peninggalan kerajaan Islam sejak abad ke-7. Tidore juga memiliki keanekaragaman budaya yang masih dipertahankan hingga saat ini. Sebelum Islam datang ke Indonesia, Tidore dikenal dengan nama 'Limau Duko' atau 'Kie Duko' yang artinya pulau yang bergunung api. Hal ini karena di Tidore ada Gunung Kie Marijang, yang merupakan gunung api tertinggi di kepulauan Maluku. Saat ini Gunung Kie Marijang sudah tidak aktif lagi. 

Bentang Alam nan Memukau

Kami melanjutkan perjalanan. Akhirnya! Setelah mendaki hampir selama 6 jam, sampailah kami  di puncak Gunung Kie Matubu. Puncak setinggi 1730 mdpl ini merupakan titik tertinggi di Provinsi Maluku Utara. Saya hanya bisa berdiri terpaku sambil tak henti mengucap syukur. Tuhan! Tempat ini indah bangeeet! Saya mengedarkan pandang. Pulau Maitara, juga Pulau Ternate dengan Gunung Gamalama yang berdiri menjulang terlihat begitu menakjubkan. Pemandangan yang tergambar dalam lembaran uang seribu rupiah kini ada di hadapan saya.

Pemandangan dari Kie  Matubu. Foto: indovolcano

Di sisi lainnya terlihat Pulau Mare, Pulau Moti, dan Pulau Makian berselimut awan tipis. Bahkan gugusan Pulau Halmahera pun terlihat dari tempat saya berdiri. Benar apa yang disebut oleh Juan Sebastian del Cano, Tuhan pasti sedang tersenyum sewaktu menciptakan Tidore. 

Lalampa dan Papeda di Puncak Gunung

Teman seperjalanan saya mengeluarkan bekal yang dibawanya. Mata saya langsung berbinar melihat panganan berbungkus daun pisang yang dibawanya. Lalampa. Tanpa malu-malu saya mencomot, dan menikmatinya sepenuh hati. Penganan ini terbuat dari ketan dan diisi dengan ikan cakalang berbumbu pedas, kemudian dibungkus dengan daun pisang lalu dibakar. Mirip seperti lemper. Legitnya ketan berpadu dengan gurih pedasnya ikan cakalang berbumbu ditambah aroma daun pisang yang dibakar membuat lalampa ini terasa begitu nikmat. Makan satu pasti pengen nambah. 

Lalampa. Foto: annienugraha.com

Ternyata masih ada lagi kejutan yang dibawa teman seperjalanan saya. Papeda. Panganan berbahan sagu yang tampilannya mirip lem ini mengingatkan saya pada almarhum nenek. Beliau suka sekali makan papeda yang dicampur dengan ikan pallu mara. Penganan-penganan ini memutar memori masa kecil saya. Dan ternyata, menikmati lalampa dan papeda di puncak gunung itu nikmatnya dobel-dobel!

Papeda. Foto: maksindo.com

"Ini belum seberapa. Pesona Tidore bukan hanya apa yang terlihat di atas laut saja. Yang di bawah laut pun tak kalah cantiknya." Teman seperjalanan saya membuyarkan lamunan akan masa kecil saya. 

"Kamu harus melihat apa yang ada di bawah perairan Pulau Failonga, Pulau Mare, juga Pulau Maitara. Dunia bawah lautnya bisa-bisa bikin kamu gak mau pulang ke Batam." 

Snorkeling di Pulau Failonga. Foto: annienugraha.com

"Besok kami antar kamu kesana.."

Saya hanya bisa mengangguk, sambil tersenyum bahagia. 

Mengenal Budaya Tidore

"Sudah pernah menyaksikan Lufu Kie?" Teman seperjalanan saya memecah keheningan. Saya menggeleng.

"Lufu Kie adalah pelayaran ritual adat sebagai ungkapan syukur atas keamanan, kedamaian, dan ketentraman yang tercipta dalam kehidupan masyarakat Tidore. Pada pelayaran itu, rombongan Sultan Tidore akan mengelilingi Pulau Tidore menggunakan perahu kora-kora yang dihias dengan meriah. Tak hanya sekadar keliling, tapi juga ada ritual ziarah ke makam para wali yang berjasa pada Kesultanan Tidore."

Lufu Kie. Foto: infopublik.id

"Wah menarik. Kapan saya bisa menyaksikan Lufu Kie?"

"Nanti bulan April. Lufu Kie ini merupakan bagian dari prosesi hari jadi Kota Tidore."

"Selain Lufu Kie, masih banyak lagi atraksi budaya yang bisa kamu nikmati di sini. Ada Paji Nyili-Nyili, yang merupakan simbolisasi atas semangat sejarah perjuangan Sultan Nuku dan pasukannya pada tanggal 12 April 1797 yang dikenal sebagai Revolusi Tidore. Ada lagi yang namanya Baramasuwen, pernah dengar?"

Saya hanya menggeleng. 

"Kalau permainan Bambu Gila? Pernah dengar?"

"Kalau Bambu Gila saya pernah dengar, tapi belum pernah lihat."

"Baramasuwen itu ya permainan bambu gila. Permainannya terdiri dari 4 orang atau lebih yang memegang bambu panjang berukuran sekurangnya empat ruas. Dan ada 1 orang lagi yang menjadi pawang atau pembaca mantra untuk mengisi kekuatan ke dalam bambu. Nah, nanti bambu yang dipegang erat-erat itu akan bergerak liar."

Atraksi Bambu Gila. Foto: sius0909.blogspot.sg

"Menarik. Saya penasaran banget. Saya selalu suka daerah yang tetap teguh melestarikan adat dan budayanya. Kapan saya bisa menonton atraksi bambu gila ini? Apa harus menunggu hari jadi Kota Tidore juga?"

***

Saya masih duduk menunggu jawaban sambil mengagumi mahakarya yang tersaji di depan mata, sewaktu pundak saya ditepuk oleh seseorang. Saya menoleh. Suami saya tersenyum manis. Lamat-lamat telinga saya menangkap suara adzan. Masha Allah! Saya mendengar suara adzan di puncak Kie Matubu. 

"Bangun! Udah shubuh!”

Saya terduduk. Di depan saya hanya ada sebuah lemari. Bukan hamparan Pulau Ternate dengan Gunung Gamalama yang menjulang indah. Bukan pula gugusan Pulau Halmahera yang berselimut awan tipis. Saya tidak sedang berada di puncak Gunung Kie Matubu. Saya masih ada di rumah. Rupanya ini cuma mimpi. #tepokjidat #yangbacakesel

Beberapa minggu terakhir mimpi-mimpi tentang Tidore semakin menggebu. Terlebih sejak buku Explore the Enchanting Tidore mendarat manis di meja kerja saya. Baru ngeliat gambar-gambarnya aja kok rasanya udah keringat dingin gini ya? Mupeng sangaat! Tidore, satu titik kecil di Timur Laut Indonesia ini adalah satu mimpi saya yang belum terwujud. 

Explore the Enchanting Tidore

Bulan April 2017 nanti merupakan hari jadi Kota Tidore yang ke-909. Ini adalah saat yang tepat untuk mengunjungi dan mengenal Tidore lebih jauh lagi. Karena pada kesempatan itu, berbagai atraksi budaya khas Tidore akan ditampilkan. Kalau kamu nggak mau ribet ngurus tiket dan segala tetek bengek lainnya, percayakan aja perjalanan kamu ke Ngofa Tidore Tour & Travel. Percaya deh, jalan bareng ama mereka yang mengenal betul seluk beluk suatu daerah itu adalah pengalaman yang priceless banget.Yuk! Visit Tidore Island.

Tau nggak, meski perjalanan mendaki Gunung Kie Matubu cuma hadir dalam mimpi saya, tapi rasanya ada rindu yang menggebu. Rindu ingin menjejak Tidore dalam dunia nyata. Anggap saja mimpi ini adalah tanda cinta dari-Nya sebagai prolog untuk melihat Tidore. Dan tulisan ini adalah salah satu cara saya untuk mencicil rindu dan mimpi itu. Semoga saya bisa segera melunasinya. Karena seperti halnya rindu, mimpi pun harus dibayar lunas. 


Sumber referensi: buku Explore the Enchanting Indonesia

You Might Also Like

40 komentar

  1. Kalo yang nulis pendaki gunung ya begini ya. Sampe kebawa mimpi 😍😍😍 semoga bisa jalan ke sana bareng ya mbaaaaak :)

    Omnduut.com

    ReplyDelete
  2. Cuma satu kata... pingin! Aku makin pingin ke Tidore, Mba Dee. Tulisan temen-temen bikin aku menghayal jauh. Semoga semesta merestui ;).

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak Molly, aku juga mupeeeng banget ke Tidore.. Aamiin

      Delete
  3. bagus nya pesona indonesia ini. semoga menang ya mba

    ReplyDelete
  4. Keren mimpinya mbak.

    Jadi pingin seting mimpi juga nih. Harus di kalibrasi ulang set point-nya. Hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha.. Eh ini pas banget loh. Pas lagi bingung mau nulis apa, tau-tau mimpi lagi naik gunung di Tidore. Ya udah, ditulis aja sekalian :D

      Delete
  5. Cantiknya alam.... semoga menang mbak.....

    ReplyDelete
  6. Berasa ikut menjelajah Tidore, mendaki gunung dan menyelami keindahan bawah lautnya.

    ReplyDelete
  7. Aamin YRA.. semoga impiannya bisa diwujudkan dalam waktu dekat ya Mbak Dian :)
    Saya sebatas tahu Tidore dari pelajaran sejarah waktu sekolah dulu. Jd penasaran dgn peninggalan kerajaan Islam masa lampau disana

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Nis. Aku juga taunya Tidore dari pelajaran sejarah. Penasaran banget pengen ngeliat langsung...

      Delete
  8. Kapan yah bisa menjelajah ke tidore. asyik banget tempat wisatanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas. Saya juga mupeng banget ke Tidore. Banyak tempat asik di sana..

      Delete
  9. Wah keren mbak tulisannya, belum kesana aja ud deskriptif, apalagi klo ud beneran kesana. Semoga menang ya. Amien

    ReplyDelete
  10. Hahaha... aku sempat kecele. Kirain memang sudah pernah ke Kie Matubu.
    Keren selalu kalau mbak Dee buat tulisan.
    Semoga jumpa di Tidore.
    Aamiin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha maafkan aku, kakaaaak :D Semoga bisa jalan bareng di Tidore ya kaaaak

      Delete
  11. Sejak kecil dengar nama Tidore dan yang terbayang pasti sejarahnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Toss! Nama Tidore emang lekat banget ama sejarah Indonesia ya, bang...

      Delete
  12. lautnya seriusan kece sekalee 😍

    ReplyDelete
  13. Ya Allah...saya pengen bangeeeet ke Tidore, pengen ke Gurabunga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sama. Aku juga pengeeeeen banget ke Gurabunga...

      Delete
  14. Cantik, memesona dan banyak yg blm tahu ni saya, makasih sharenya mba Dee.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama2, Manda.. Aku juga belajar banyak dari buku kok :)

      Delete
  15. Wonderful Indonesia banget yaa tidoree..

    ReplyDelete
  16. akhir2 ini tidore memang lagi ramai2 nya dibicarakan yahh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya.. Menyambut hari jadi Tidore bulan depan :)

      Delete
  17. Aku ingin ke Tidore bersamamu mbak Dian, suatu hari... Aamiin

    ReplyDelete
  18. Wuih keren kali Tidore ini ternyata ya

    ReplyDelete
  19. dari dulu pengen daerah-daerah sana

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sama kak.. Tapi sayang baru sebatas mimpi :(

      Delete
  20. Dah terkecoh diriku mbak dee, dikira beneran pake gaya 5-10nya, ternyata hanya mimpi. Mudah2an bisa kesana ya.

    ReplyDelete