Bermain Dengan Jeram di Sungai Pekalen

Monday, March 23, 2015


"Selamat datang di Pekalen, mari kita sambut Jeram Selamat Datang!" suara Mas Asnan, skipper kami mencoba mengalahkan deru suara arus Sungai Pekalen. Dan sedetik kemudian, perahu karet kami meluncur mulus melewati jeram selamat datang. Seketika saya merasa jantung ini mencelos. Pffiiuuhh...! Sensasinya luar biasa. Ini baru jeram pertama, dan masih ada puluhan jeram lagi yang akan menyambut kami di Sungai Pekalen ini.

Saya masih mengingat jelas detail kejadian di tahun 2005 itu. Ketika untuk pertama kalinya saya mencoba kegiatan bernama arung jeram. Ulik, sahabat saya sejak SMP yang mengajak saya untuk mencoba arung jeram. Gratis, katanya. Kebetulan perusahaan travel tempat Ulik bekerja mengadakan acara gathering sambil ber-arung jeram di Sungai Pekalen untuk para karyawan dan keluarganya. Rejeki buat saya, karena ibunya Ulik ternyata gak mau ikutan arung jeram, jadinya jatah ibunya Ulik dikasihin ke saya. Alhamdulillah, rejeki anak baik pecinta gratisan, hehehe...

Jujur, pertama kali ditawarin itu rasanya agak deg-degan juga. Alasannya cuma satu, saya gak bisa berenang. Tapi kalo mau ditolak, rasanya kok sayang juga ya, kapan lagi bisa rafting gratis, huehehe.. Dan seperti biasa, rasa penasaran untuk mencoba sesuatu yang baru selalu bisa mengalahkan segala akal sehat ketakutan dan karaguan saya. Dan dengan tingkat keberanian dan ke-PD-an yang sudah berusaha saya upgrade ke level yang lebih tinggi, saya kenakan semua perlengkapan safety seperti helmet dan baju pelampung.

Selanjutnya, saya simak baik-baik penjelasan dari instruktur tentang aba-aba yang digunakan dalam arung jeram ini, seperti aba-aba "maju" dan "mundur", gak usah pake ditambahin aba-aba "cantik" yaa... Trus ada juga aba-aba "kanan maju, kiri mundur" atau "kiri maju, kanan mundur" yang gunanya untuk membelokkan arah perahu ke kiri atau ke kanan. Ada juga aba-aba "stop" yang artinya berhenti mendayung. Selain itu ada juga aba-aba "pindah kanan" dan "pindah kiri". Kalau terdengar aba-aba "pindah kanan" dari skipper, maka orang yang duduk di sebelah kiri harus segera pindah ke sisi kanan perahu, begitu juga sebaliknya. Ini gunanya untuk menjaga keseimbangan perahu agar tidak terbalik sewaktu melewati jalur tertentu.

Instruktur juga menjelaskan, apa yang harus dilakukan bila sampai terjatuh dari perahu. Kuncinya jangan panik, dan harus tetap tenang. Tubuh harus menghadap ke atas seperti sedang berbaring telentang, dan biarkan tubuh mengikuti arus sungai. Keberanian dan PD yang sudah berusaha saya bangun sejak awal tiba di lokasi mau nggak mau jiper juga saat mendengar penjelasan pada bagian ini. Itu artinya, ada kemungkinan kita akan terjatuh dari dalam perahu. Saya berusaha merekam semua instruksi yang disampaikan pada waktu briefing sebelum mulai pengarungan sungai. Dan sewaktu akhirnya saya duduk di dalam perahu, saya sudah pasrah.

Pemandangan Sungai Pekalen yang masih asri membuat perasaan saya sedikit relaks. Debit air yang sedang tinggi juga membuat perahu karet kami selalu mulus melewati setiap jeram yang ada. Perlahan, keraguan dan ketakutan yang sebelumnya sempat singgah di hati saya lenyap berganti perasaan excited yang luar biasa. Setiap melewati jeram, kita bisa berteriak keras, dan efek baiknya, hal ini otomatis akan membuat kita plong, seolah beban dan stress yang terbawa dari kota ikut terbuang bersama teriakan kita. Ini benar-benar seru!

 
Sungai Pekalen yang berada di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur ini terbentang melintasi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Tiris, Kecamatan Maron, dan Kecamatan Gading. Sungai Pekalen berasal dari mata air Gunung Argopuro dan Gunung Lamongan, dengan lebar sungai rata-rata 5-20 meter. Area sungai yang dimanfaatkan untuk kegiatan arung jeram dibagi menjadi dua, yaitu Sungai Pekalen Atas dan Sungai Pekalen Bawah. Ada tiga operator kegiatan arung jeram di Sungai Pekalen, yaitu Songa, Regulo, dan Noars. Dan saat itu kami menyusuri Sungai Pekalen Bawah sepanjang kurang lebih 13 km bersama operator Regulo.

Jeram yang kami lewati mempunyai nama-nama unik seperti jeram marlboro, jeram lumba-lumba, jeram dayung, jeram gigi hilang, dan entah jeram apa lagi saya lupa saking banyaknya. Pemberian nama pada jeram-jeram itu awalnya spontan sesuai dengan kejadian yang terjadi pada awal mereka merintis jalur pengarungan. Seperti jeram bokong, yang dinamakan demikian karena kalau kita melewati jeram itu, seringkali kita disambut dengan bokong-bokong yang sedang menunaikan hajatnya, you know what i mean laaah.. ;)

Di tengah pengarungan, peserta diajak beristirahat di sebuah rest area sambil menikmati segarnya kelapa muda dan pisang goreng hangat. Di sini juga ada tantangan lain yang ditawarkan Regulo bagi para peserta erung jeram, namanya exotic jump. Tantangannya adalah lompat dari jembatan setinggi kurang lebih 8 meter. Dan untuk kali ini, saya tidak tergoda untuk mencobanya. Mungkin lain kali. Sudah cukuplah jantung saya berdegup kencang seharian ini, tanpa perlu ditambah lagi dengan adegan lompat-melompat dari atas jembatan.

Setelah semua peserta yang bernyali menguji keberaniannya lewat exotic jump, pengarungan dilanjutkan kembali. Sewaktu di rest area, mas Asnan menyampaikan, bahwa sebelum mencapai garis finish, dia punya beberapa permainan seru untuk semua peserta yang satu perahu dengannya. Kami semua bertanya-tanya, permainan seru seprti apa yang dmaksud? Mas Asnan dengan wajah isengnya hanya menjawab "tunggu saja.."

Dan ternyata, sewaktu melewati sungai yang tenang tanpa jeram, tiba-tiba mas Asnan mengajak semua peserta berdiri sambil terus menjaga keseimbangan. Tiba-tiba, dalam hitungan detik, perahu karet sudah terbalik dan kami semua masuk ke dalam air. Great! Saya sempat panik, karena sewaktu jatuh ke dalam air, saya berada tepat di bawah perahu karet yang terbalik. Ketika tersadar, bahwa saat itu saya tidak tenggelam berkat baju pelampung yang saya kenakan, saya pun lega. Dan selanjutnya, dalam pengarungan-pengarungan lain, saya selalu memilih untuk melompat ke dalam air, apabila saya melihat tanda-tanda skipper akan iseng lagi membalikkan perahu.

Di akhir pengarungan, masih ada kejutan lain yang menanti. Yaitu menu makan siang yang subhanallah! nikmat tiada tara. Sayur asem, ikan asin goreng, sambal terasi, dan nasi jagung yang sudah tersaji di atas meja sungguh merupakan bonus yang luar biasa bagi kami yang sudah 3 jam bermain dengan jeram-jeram di Sungai Pekalen.

Pengalaman pertama bermain-main dengan jeram di Sungai Pekalen itu ternyata sukses membuat saya ketagihan. Dan selanjutnya, saya dan Ulik meracuni teman-teman lain untuk ikut merasakan keseruan yang sama. Setelah pengarungan pertama itu, kemudian berlanjut ke pengarungan-pengarungan lainnya, hingga akhirnya kami pun berteman baik dengan para guide di Regulo. Beberapa kali saya dan sahabat-sahabat SMP saya rela melakukan perjalanan Surabaya-Probolinggo dengan mengendarai sepeda motor, hanya untuk memenuhi undangan dari teman-teman baru kami, rujakan mangga di tepi Sungai Pekalen. Dan pulangnya, mereka sering membawakan berkresek-kresek mangga untuk kami.

Setelah mengenal Regulo dan para guide-nya yang ramah, kami pun berkenalan dengan Noars, yang waktu itu masih tergolong operator baru. Salah seorang pendiri Noars, yaitu Agus, adalah senior saya di Dasapala, organisasi Pecinta Alam di SMA saya dulu. Beberapa kali saya turun rafting di Noars dengan diskon dari mas Agus.

 air terjun itu bonus...

"Rafting itu bahayanya cuman satu, ketagihan!"  Itu adalah kalimat sakti yang dulu biasa saya pakai untuk meracuni teman-teman saya agar ikut mencoba ber-arung jeram juga. Semakin banyak teman yang tertarik untuk berarung jeram, semakin sering juga saya bisa rafting secara gratis. Upps!

Bersama sahabat-sahabat saya sejak SMP

Pernah sampai kemalaman, saking serunya bermain air

You Might Also Like

16 komentar

  1. Aku dari dulu pengiiin banget arum jeram tapi nggak ada temennya. Baca cerita serasa ikut merasakan ketegangan dan keseruannya Dee. Apalagi kita sama-sama nggak bias renang jadi nggak takut lagi deh. Moga kelak ada kesempatan bagiku.
    Oh ini pake system referral yaa, kalau ngajakin orang lain bakal dapat gretongan :-))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Wan.. selama kita mengikuti arahan dan menggunakan peralatan keselamatan dengan baik insya Allah arung jeram aman kok.. :)
      Hehehe.. itu sih dulu karena aku udah temenan deket ama mereka, jadi kalo bisa ngajak 10 orang untuk rafting aku bisa rafting gratis di Regulo. Kalo di Noars, aku gak pernah sih minta gratisan ama seniorku itu, tapi dia sendiri yang selalu ngasih diskon, yaa.. gimana lagi, gak mungkin kan ditolak :) hahahaha...

      Delete
  2. Tak pernah Bosen kalau pekalen. Rute pendek OK, rute panjang lebih keren lagi. Pernah diajak berih bersih Pekalen. Disponsori beberapa perusahaan Telekomunikasi trus diliput sama Tivi juga :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener, mbak.. gak pernah bosen main di Pekalen. Sepanjang tahun 2005 itu gak tau udah berapa puluh kali aku bolak-balik ke Pekalen. Sukaaaa.... Dan sejak tinggal di Batam aku belum pernah main ke Pekalen lagi, kangen jugaa..

      Delete
  3. Arung jeram, ini merupakan salah satu kegiatan impianku. mau merasakan gimana sih terombang-ambing di arus deras kayak gitu, hahahaaa....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo dicoba, mbak Eky... kalo mudik ke Aceh boleh tuh dicoba rafting di Sungai Alas.. :)

      Delete
  4. Di Muara enim ada juga arum jeram kayak gini. Cuma kayaknya gak rutin ada. Seru banget ya mbak Dee mau deh kapan2 nyoba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin tergantung debit airnya ya, Yan.. Soalnya kalo pas debit airnya rendah pasti susah, perahu karetnya pasti nyangkut-nyangkut terus di bebatuan.. Awas ketagihan, Yan kalo udah nyoba sekali :) dan jangan lupa.. baju pelampungnya dipake yang bener... :)

      Delete
  5. Cuma tiga kata, Mbak Dee An: Seru! Seru! Seru!

    Palagi yang bonus makan nasi jagung, ikan asin dan sambel itu... ceglukkkkk, langsung laper. Mbak itu untuk2 boleh gak, ya? Kira2 mulai umur berapa anak boleh ikut rafting ini?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, mbak Ira.. nasi jagung plus ikan asin dan sambel terasi itu bener-bener bonus yang luar biasa setelah bercapek-capek ria mendayung...
      Anak-anak di atas umur 5 tahun udah boleh rafting kok, mbak.. Aku pernah rafting satu perahu ama anak SD, berani banget dia.. pake ikutan lompat di tantangan exotic jump pula... (y)

      Delete
  6. Seru banget mbak Dee. Aku belum pernah main ini. Cuma pernah nonton saja. Waktu itu perahunya kebalik. Pada jatuh. Untung pake baju pelampung. Meski keseret ga tenggelem.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baju pelampung bener-bener berguna niih... Kalo gak ada baju pelampung sepertinya sampai sekarang juga aku gak bakalan pernah nyobain arung jeram.. :)

      Delete
  7. duh mbak klo aku gak pake pelampung gak bakalan mati kutu deh #gabisarenang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahaaaaii.. ternyata kita sama, Yo.. sama-sama gak bisa berenang hehehe...

      Delete
  8. hwaaaaaaaa mupeng mbak..
    -_-
    *nangis guling2 dipojokan

    ReplyDelete
  9. pelampung itu pentiiing bangeeet. serem liat arusnya deres deres

    ReplyDelete