Bertemu Biawak di Sungei Buloh Wetland Reserve

Friday, February 27, 2015


Satu lagi nature reserve di Singapura yang menarik untuk dikunjungi, namanya Sungei Buloh Wetland Reserve. Jangan salah, di balik hutan beton dan kesan metropolis yang selama ini ditampilkannya, Singapura masih memiliki beberapa area nature reserve yang tidak kalah menariknya untuk dikunjungi. Salut kepada pemerintahan Singapura, yang masih tetap mempertahankan dan melestarikan 'ruang hijau'nya di tengah gencarnya pembangunan gedung-gedung bertingkat dan pesatnya arus modernisasi. Jadi miris ingat tempat tinggal sendiri, yang semakin hari bukit-bukitnya semakin gundul. Dan sebagai gantinya, yang semakin bertambah subur justru area perumahan dan pertokoan.

Saya mengunjungi Sungei Buloh Wetland Reserve ini atas saran dari teman-teman mancing yang tau kalau saya suka banget main-main di hutan. Menarik! Dari beberapa teman yang saya ajak, cuma Yuyus dan Oke yang akhirnya berminat untuk pergi.

Sungei Buloh Wetland Reserve yang berlokasi di Neo Tiew Crescent ini dapat dicapai dengan bus nomor 925 dari Kranji MRT station. Itu satu-satunya bus tujuan Sungei Buloh.

Ada kejadian bodoh dalam kunjungan kami waktu itu, gara-gara menelan informasi yang separo-separo. Menurut informasi yang saya baca di google, bus nomer 925 akan berhenti persis di depan Sungei Buloh Wetland Reserve. Jadi begitu bus sampai di halte Park B Kranji Reservoir, kami tenang-tenang aja. Masih 1 halte lagi, begitu pikir kami. 

Saya pun menikmati suasana hujan yang tersaji dari balik jendela bus. Lama-lama saya merasa ada yang aneh, kok sepertinya bus ini semakin menjauhi tempat tujuan kami ya? Dan voila! Benar saja, kami sampai di Choa Chu Kang, yang itu artinya, kami bukannya sampai di tempat tujuan, tapi justru kembali menuju arah pulang. Kami bertiga pun turun dari bus sambil menertawakan kebodohan kami. Si Yuyus menyerah dan memilih untuk pulang. Tapi saya dan Oke pantang menyerah. Kami berdua kembali menunggu bus nomer 925 dan mewanti-wanti agar tidak mengulang kebodohan yang sama.

Selanjutnya, begitu sampai di halte Park B Kranji Reservoir kami berdua turun. Hujan yang masih turun dengan derasnya membuat kami terpaksa menunggu sambil berteduh di halte. Kami masih bertanya-tanya, kenapa bus ini hanya berhenti sampai di halte ini? Padahal masih ada 1 halte terakhir, yaitu halte Sungei Buloh Wetland Reserve. Kami menyimpan pertanyaan itu sambil memutuskan untuk berjalan kaki ke tempat tujuan.


Hujan masih turun, meski tidak sederas tadi. Oke berjalan santai sambil berpayung, sementara saya, yang payungnya tertinggal di rumah, berjalan riang sambil bermain hujan.

***


Singkat cerita, akhirnya sampai juga kami di Sungei Buloh Wetland Reserve. Dan sempat masih gak percaya melihat bus stop yang ada tepat di depan gerbang Sungei Buloh. Dengan masih menyimpan tanya, kami pun segera masuk dan membeli tiket masuk seharga 1 SGD per orang. Tiket masuknya murah meriah euy, kalau dikurs-kan ke dalam rupiah saat ini cuma sekitar 9ribu rupiah aja.

 suasananya nyenengin ya...

 kotak suratnya lucu

do and don't

Seperti biasa, saya langsung tergoda untuk mengambil brosur Sungei Buloh yang ada di tempat pembelian tiket. Dan kami pun tertawa bersama begitu membaca brosur itu. Di situ dituliskan, bahwa bus nomer 925 masuk sampai gerbang Sungei Buloh hanya pada hari Minggu dan public holiday. Pada hari-hari selain itu, si bus akan langsung putar balik setelah sampai di halte Park B Kranji Reservoir. Catet! Laaah.. di google gak ada informasi begini...

Sungei Buloh Wetland Reserve diresmikan pada tahun 1993 oleh Goh Chok Tong yang pada waktu itu masih menjabat sebagai Perdana Menteri Singapura.

 
Tanpa membuang waktu, kami berdua pun segera menyusuri trek yang telah tersedia. Suasananya menyenangkan, aroma tanah yang basah tersiram hujan terasa begitu menyegarkan. Dalam sekejap, dunia kami berubah menjadi hijau.

 Jalur yang dilewati

 narsis di hutan

Kami berdua langsung gak tahan godaan, mengabadikan berbagai pose di tempat yang cantik ini. Payung biru yang dipakai Oke terlihat kontras dengan latar pepohonan hijau di sekeliling kami. Andai saja dulu kami sudah mengenal payung magic 3D, yang apabila terkena air hujan akan muncul motif-motif lucu dan unik, pasti makin keren dipake foto-foto di sini. *boleh pinjem mesin waktunya Doraemon gaak?

coba bawa payung magic 3D

Di tengah-tengah serunya kami berfoto, tiba-tiba ada makhluk besar yang berenang-renang di bawah kaki kami. Setelah makhluk itu sampai di tepi, barulah terlihat bahwa itu adalah seekor biawak. Gede banget euy! Baru kali itu saya melihat biawak dalam jarak sedekat ini.

 biawak yang bikin kaget

Kami pun terus saja berjalan melewati hutan mangrove tempat di mana pertama tadi kami melihat si biawak muncul. Saya cuma bisa berdoa dalam hati, semoga gak ada teman atau keluarga si biawak yang tiba-tiba menyusul si biawak yang menyeberang tadi.

***

Di sepanjang jalur yang kami lewati terdapat beberapa observation hide yang bisa dipakai untuk beristirahat sambil bersembunyi mengamati satwa yang ada di sana. Papan-papan berisi peta, informasi dan penjelasan seputar flora dan fauna yang hidup di Sungei Buloh juga tersebar di sepanjang jalur yang dilewati.

 observation hide

 aerie


Tempat ini menyenangkan. Meski kami harus beberapa kali menahan napas ketika tiba-tiba biawak berukuran bersar melintas di dekat kami, atau reflek menoleh ketika tiba-tiba terdengar suara "krak" atau "kresek" di belakang kami. Yang jelas, perjalanan ke Sungei Buloh Wetland Reserve waktu itu seru banget!

You Might Also Like

16 komentar

  1. Track-nya kerena, Mbak Dee An. Di kampung2 sekitar ITS dulu juga banyak nyambik, Mbak. Suka dengar penduduk nangkepin nyambik juga. Bahkan anak2 TF ITS menyebut dirinya Nyambik, karena dulu kampusnya deket kali ITS yang banyak nyambiknya itu. hehehe. Satu pengalaman paling heboh, ketika temanku yang nyewa rumah di Mulyosari mengatakan WC-nya kudu dibongkar. Gegara tiba-tiba muncul kepala nyambil di lobang WC. Nyambiknya terperangkap, gak bisa keluar dan gak bisa masuk lagi. Seremmmmm. ira

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oiya.. nyambik.. hahahaha.. daritadi aku mikir, bahasa 'keren'nya biawak itu apa ya? untung mbak Ira nulis di sini :D
      Waduh mbak, itu serem banget yang kepala nyambik tiba-tiba nongol dari lobang WC.. lagian nyambiknya iseng banget pake masuk-masuk saluran segala :D

      Delete
  2. Belum pernah melihat biawak atau nyambik, hanya denger-denger cerita saja kalau nyambik biasanya muncul di sungai. Ini masih sebangsa kadal dan komodo ya Dee?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Wan.. biawak termasuk kadal raksasa... Di Jawa dulu aku udah pernah liat, tapi kecil aja.. Jadi kaget juga waktu ngeliat yang gede gitu.. :D

      Delete
  3. Liat payungnya cantik, suasananya asri, pas liat biawak, aduuuuh langsung merinding aku mbak *phobia hewan melata*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama, mbak.. pas liat suasananya nyenengin banget, pas liat biawak lari-larian gitu, jadi deg-degan juga.. hehehe...

      Delete
  4. Ada penjual bensin eceran di dekat sini yang pake payung magic, jadinya emang lebih "berwarna" kedainya :)

    Mbak Dee, tempatnya bagus banget buat foto-foto pra-wed ya #eh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaah.. keren, Yan.. Fotoin donk, tag ke aku yaaa... :)
      Yayan mau foto pre wed di sini? Awas ntar biawak-biawaknya nyelonong di depan kamera :D

      Delete
  5. mba dian, di singapur ada kranji juga ya? hihihi :D

    ReplyDelete
  6. Baru tahu ni ada payung 3D jadi pingin punya jugaaa.... >_<

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, saya juga baru taunya gara-gara Tokopedia. Jadi pengen punya juga :)

      Delete
  7. pernah disuruh njaga rumah kakak di perumahan GKB. belakang rumahnya dekat 'hutan' .Astaghfirullah langsung melotot ada nyambik dihadapan mata. kagak diundang, lancang masuk rumah :) hush hush hush Larilah aku ke lantai dua. takut.

    Baru tahu ada payung 3D.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduh! Gimana itu ya rasanya face to face ama nyambik, mbak.. Trus gimana akhirnya? Nyambiknya pergi sendiri? Atau ada yang ngusir? Serem euy...

      Iya, aku juga baru payung 3D itu, mbak.. lucu ya :)

      Delete
  8. ini singapura mbak?? tak kira disana cuma ada gedung2 bertingkat tinggi aja, hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Lu... ini di Singapur.. Dulu waktu tinggal di sana, aku suka blusukan ke hutan-hutan dan tempat-tempat seperti ini. Lumayan buat refreshing... :)

      Delete