Jelajah 5 Pulau Cantik di Batam

Wednesday, June 15, 2011


Prolog

Sebuah perjalanan bukan hanya sekedar berpindah dari tempat satu menuju tempat lain, ada nilai lebih yang bisa kita dapat dari setiap perjalanan yang kita lakukan. Entah itu berupa sahabat baru, pengalaman baru bahkan masalah baru. Tak ada perjalanan yang biasa, karena pasti ada beragam kisah disana. Jadi nikmatilah setiap perjalanan, dan kini biarkan jemariku menari mengeja huruf demi huruf hingga terangkai sebuah kalimat yang akan merangkum perjalananku  pada hari Minggu 12 Juni 2011 kemarin, untuk sebuah kenangan tak terlupakan.

Srikandi oh Srikandi….

Jam di HP ku menunjukkan pukul 7.19 am. Rasanya masih cukup waktu untuk menikmati sarapan pagi ini. Apalagi penampakan dadar jagung di etalase warung itu tampak memanggil-manggilku. Jadi baiklah, mari kita selesaikan dulu urusan perut ini. Dengan lahap aku dan Santi menikmati sarapan di salah satu warung yang kami lewati dalam perjalanan menuju simpang Yamaha.

Beberapa kali HP ku berbunyi, menandakan ada sms yang masuk. Dan sepertinya aku sudah bisa menduga, siapa-siapa aja yang meng-sms ku pagi itu. Yap. benar saja... semua pesan masuk itu berasal dari calon teman seperjalananku hari ini.

Rupanya sudah jam 7.30, dan teman-temanku sudah menunggu di tempat yang telah kita sepakati bersama. Baguslah kalau begitu... Karena aku tau kalau kendaraannya bakal datang jam 8.00 nanti, jadi aku dan Santi nyantai aja menikmati nasi campur dengan lauk dadar jagung yang enak itu. hehehe...


Jam 8 kurang 10 menit aku bergabung dengan teman-teman yang lain di simpang Yamaha. Nongkrong sambil poto-poto narsis di emperan ruko yang saat itu masih tutup. Mataku mencari-cari tulisan Srikandi. Kenapa harus Srikandi..?! Karena kemarin sewaktu Eka, salah seorang teman yang menjadi EO acara jalan-jalan ini bilang, kalo kita akan dijemput di depan Srikandi, simpang Yamaha. Karena sebagian besar peserta memang tinggal tak jauh dari situ. Tanpa mikir lagi, aku langsung meng-iyakan.  

Dalam bayanganku, tergambar sebuah rumah makan Padang  yang berada di simpang Yamaha dan bernama Rumah makan Srikandi. Tapi ternyata aku salah dan aku baru menyadarinya pagi ini sewaktu turun dari angkot, kalau rumah makan yang kemarin tergambar di layar imajinasiku itu sudah berganti nama, dari Rumah makan Srikandi menjadi Rumah makan Lubuk Raya. hahahaha...

Merasa salah tempat menunggu, aku berusaha menelpon Eka. Berkali-kali ditelpon, berkali-kali itu juga telponku gak diangkat. Budi dan Melly berinisiatif menanyakan pada tukang ojek yang mangkal di depan situ.

"Srikandi itu apa ya?" baguuss... dan ternyata mereka pun gak tau, apa dan dimana letak Rumah makan Srikandi itu. Untung aja sambil bertanya itu, matanya Budi jelalatan kemana-mana, sehingga tampaklah tulisan kecil di atas sebuah plang berwarna biru 'Pondok Srikandi'. Hanya sekitar 10 meter dari tempat kami nongkrong tadi. Lah tulisannya sekecil itu, pantes aja dari tadi gak keliatan...


 Tulisan Srikandinya kecil banget kaaan...?!

Jam 8 lewat 10 menit datang juga kendaraan yang menjemput kita. Gak pake lama, langsung aja kita berangkat menuju pelabuhan Punggur. Rombongan ini masih belum lengkap, karena Endro, Teguh dan pak Amri menunggu di halte terdekat dari rumah masing-masing yang nanti akan kami lewati dalam perjalanan menuju pelabuhan Punggur. 


Di halte perumahan Cendana, Batam center pak Amri bergabung, maka lengkaplah sudah 10 orang engineer PT. Batamec di tambah pak Sholeh yang akan menjadi guide kita mengelilingi pulau-pulau hari ini.

and the journey begin….

Jam 8.59 kami sampai di pelabuhan Punggur. Disini udah menunggu pompong yang yang akan membawa kita mengunjungi pulau-pulau yang namanya bahkan tidak tercantum dalam peta. Segera saja ompong kecil itu terisi penuh oleh 11 orang penumpang plus 1 orang tekong, ditambah beberapa kardus berisi pakaian layak pakai maupun buku-buku yang akan kita sumbangkan kepada penduduk pulau yang akan kita kunjungi nanti. 


Tujuan pertama kami adalah Pulau Mencaras. Baru denger kan namanya..?! Sama, aku juga baru denger beberapa hari yang lalu kok, lewat email yang dikirim oleh salah seorang teman. Email itu langsung disambut hangat oleh kami, yang saat itu emang lagi nyari tempat untuk jalan-jalan di sekitar Batam.

Setelah terombang-ambing di dalam pompong selama sekitar 30 menit, sampailah kami di Pulau Mencaras. Di pulau Mencaras kami disambut oleh birunya air laut, pantai berpasir putih dan seekor lumba-lumba jantan bernama Bimbim. Lumba-lumba inilah yang menjadi daya tarik bagi mereka yang mengunjungi Pulau Mencaras.

nampang di dermaga pulau Mencaras

Ciuman Pertama Berjuta Rasanya…

Gak perlu menunggu aba-aba untuk memulai adegan narsis berjamaah. Maka dimulailah sesi pemotretan dengan Bimbim sebagai tokoh utamnya. Sementara kita semua cuman sebagai  figuran aja. 

aku dan Bimbim

Dan di sinilah terjadi suatu peristiwa yang cukup bersejarah bagi perjalanan hidup seorang Teguh. Setelah menunggu sekian lama, akhirnya Teguh mendapatkan something special yang telah dinantikannya selama lebih dari seperempat abad. Ciuman pertama. Bukan dari seorang wanita, tapi dari seekor lumba-lumba jantan bernama Bimbim. Selamat ya Guh... kita paham prinsip kamu kok. Spesies dan jenis kelamin nomer tujuh belas, yang penting kasih sayang. Iya kan Guh..?! Tak ada wanita, lumba-lumba pun jadi.. hahahahaha....

Teguh dan ciuman pertamanya

Acara selanjutnya apalagi kalo bukan memulai adegan narsis dengan beragam pose berlatar birunya langit, laut dan putihnya pasir pantai. Mulai dari pose-pose standar sampai pose yang ajaib semua dikeluarkan. Mumpung lagi jauh dari peradaban. hehehe.... Mau lompat-lompat, jungkir balik, berenang-renang, ketawa cekakakan gak ada yang larang. Bener-bener refreshing deeh...

aksi-aksi narsis di pulau Mencaras

Walaupun sebenarnya belum puas bermain-main dengan laut, pasir putih dan lumba-lumba di pulau Mencaras, tapi perjalanan harus dilanjutkan.

Dari Pulau ke Pulau

Tujuan selanjutnya adalah pulau Air Raja. Pulau ini masuk wilayah kecamatan Galang, jaraknya hanya sekitar 10 menit dari pulau Mencaras. Dan disanalah kita akan makan siang.  Hohoho... Tentu aja semua langsung semangat demi mendengar kata makan.
Es kelapa muda menyambut kedatangan kami di pulau Air Raja. Kita minum sampe nambah-nambah saking segernya. *Haus apa doyan..?!

menu makan siang di rumah nelayan

Sambil nunggu antrian untuk membersihkan diri, sudah ada lagi suguhan yang lain. Sebaskom gede mangga hasil kebun sang pemilik rumah. Gak lama kemudian hidangan makan siang pun keluar satu persatu. Ada sotong goreng tepung, ikan asam pedas dan rendang nangka. Wuuiih... makanan segitu banyak disuguhkan untuk kami ber-sebelas... Mantap jaya lah pokoknya. Makan siang di rumah nelayan sambil memandang lautan, dengan hidangan hasil laut yang masih seger. Satu-satunya pengganggu siang itu adalah segerombolan lalat yang sepertinya ingin ikut berpesta.


Oiya, ada satu tanaman disitu yang langsung menarik perhatian kami semua, yaitu pohon cabe *ngeliat pohon cabe aja heran. Gimana gak heran, pohon cabe ini penampilannya beda ama cabe-cabe lainnya. Cabenya berwarna ungu. Dan dalam satu pohon ada dua warna cabe. Yang satu merah seperti cabe pada umumnya, dan satu lagi warnanya ungu seperti terong. Entah pohon cabenya yang emang unik atau justru kami yang katrok bin ndeso, yang jelas penampilan cabe tersebut cukup menarik perhatian kami.



Karena sudah masuk waktu dhuhur, sekalian kami numpang sholat disitu. Sebelum melanjutkan perjalanan melihat-lihat salah satu situs peninggalan sejarah yang ada di pulau ini. Situs tersebut adalah Perigi Air Raja. Ada dua buah perigi yang berasal dari batu yang dipahat oleh raja dari kerajaan Bintan, yaitu Datuk Raja Munsang Arafah. Kedua perigi itu diberi nama Putri Srikandi dan Putri Cahaya Nilam, keduanya diambil dari nama cucu kembar sang raja. Kisah lengkapnya bisa dibaca di tembok yang ada di pintu masuk menuju perigi ini. Dan karena kisah tentang perigi itulah, maka pulau ini diberi nama pulau Air Raja.

perigi air raja

Jam 13.40, setelah berpamitan dan mengucapkan terima kasih pada keluarga nelayan yang telah menjamu dan membekali kami dengan sekantong besar mangga yang baru dipanen, kami melanjutkan perjalanan. Karena masih ada tiga pulau lagi yang akan kami kunjungi hari itu.

Bersyukur banget cuaca hari itu cerah. Karena beberapa hari kemarin Batam selalu diguyur hujan, bahkan sehari sebelumnya hujan juga turun dengan deras disertai angin kencang. Alhamdulillah, hari ini cuacanya cerah. Langit biru dengan awan-awan putih yang seolah memayungi. Dalam perjalanan meninggalkan pulau Air Raja, aku melihat sebentuk awan yang membentuk tanda lope-lope. Tanda itu bagaikan tanda cinta dari-Nya, yang ditunjukkan melalui alam ini.

tanda cinta dari-Nya

Tujuan kami selanjutnya adalah pulau Ngenang. Ketika pompong merapat di dermaga pulau Ngenang, kami mengira saat itu berada dekat dengan pulau Sambu. Karena kami melihat penampakan tanki timbun, seperti yang ada di pulau Sambu. Tapi Teguh bilang kalo itu kawasan Lobam. Haahh..?! Masa iya sih itu udah kawasan Lobam...?! Berarti kita udah deket banget donk ama Bintan..?! Dan ternyata itu emang kawasan Lobam, kata pak Sholeh. Hehehe... abisnya dari tadi pagi ngeliat pulau banyak banget, dan bentuknya pun kurang lebih sama, sebuah pulau dengan pohon nyiur dan rumah-rumah nelayan. Kirain tadi kita berlayar udah jauh, eh ternyata udah jauuuuuh banget, sampe gak nyadar udah deket Bintan. * Lebay mode : on.

itu Lobam udah keliatan deket...

Jam sudah menunjukkan pukul dua siang ketika kami mulai berpoto-poto narsis di pelantar beton pulau Ngenang. Pulau ini masuk wilayah kecamatan Nongsa. Di antara pulau-pulau lainnya, tampaknya pulau Ngenang inilah yang memiliki infrastruktur yang relatif mapan. Hal ini nampak dari pelantarnya yang terbuat dari beton, ada kantor pelabuhan, juga jalan beton yang mengelilingi tepian pulau, bahkan disini sudah ada PAUD segala.

@ dermaga Pulau Ngenang

Kami hanya menyusuri sisi pulau bagian selatan, sampai ke hutan yang ditengah-tengahnya terdapat jalan setapak yang sudah di beton. Sayang sekali kami tak sempat menikmati bagian timur pulau Ngenang, dimana disitu terdapat pantai berpasir putih dengan beberapa pohon cemara laut tinggi yang dipersiapkan bagi siapa saja yang ingin mencoba berayun-ayun sambil menikmati udara pantai. Aku juga taunya dari hasil googling barusan. hehehe...
Cuma 10 menit terombang-ambing di dalam pompong, kami sudah sampai di Pulau Air Mas. Sebuah pulau yang masih termasuk dalam wilayah kecamatan Nongsa.

Masjid di Pulau Air Mas

Bunga-bunga cantik beraneka warna menyambut kami di pulau Air Mas ini. Bunga-bunga cantik itu ditanam dalam pot-pot kecil dan diletakkan di depan rumah, hampir di setiap rumah. Bunga-bunga cantik itu bersanding manis dengan jemuran pakaian yang juga beraneka warna. Hehehehe...

bunga & jemuran warna-warni

Kata seorang ibu yang kami temui, bunga-bunga cantik itu berasal dari pulau Air Raja. Pulau Air Raja rupanya memiliki tanah yang cukup subur, sehingga aneka bunga dan pohon buah bisa tumbuh dan berkembang baik disana. Feni sempat meminta beberapa tangkai bunga yang katanya mau ditanam di Batam. Entah bunga-bunga itu akan tumbuh cantik seperti di tempat asalnya atau enggak. Kalau ternyata tumbuh subur, mau minta juga ah buat ditanam di rumah..

bocah-bocah Pulau Air Mas

Di pulau Air Mas ini Melly sempat beli rajungan segar, fresh dari laut. 3 ekor rajungan dengan berat 7 ons dihargai Rp 21.000. Awalnya kita pengen beli ikan, tapi ternyata ikannya udah kurang segar. Pas ditawarin rajungan, merkea bilangnya sih kepiting... kita langsung mau. Apalagi rajungannya masih segar, baru diangkat dari laut dan masih dalam keadaan hidup.

Sebuah Perjalanan Hati

Tujuan terakhir kita hari itu adalah pulau Kubung. Jaraknya juga cuma 10 menit dari pulau Air Mas. Karena pelantar yang ada di pulau Kubung sedang rusak, jadi kami naik dari belakang rumah warga. Vertical ladder dari kayu, yang pemiliknya sendiripun gak yakin akan kekuatan tangga kayu itu. Beliau hanya berpesan agar kami hati-hati dan berjalan satu-satu. Alhamdulillah... terbukti tangga kayu itu masih cukup kuat.

 kami naik lewat situ...

Sebuah gereja yang cukup megah menyambut kami di pulau ini. Gereja dengan dinding berwarna hijau dan genteng berwarna merah ini tampak sangat mencolok diantara bangunan-bangunan lain dari kayu yang berada di sekitarnya. Dan kesanalah kami menuju. Ke salah satu bangunan kayu sederhana yang berada persis di depan gereja megah itu. Itulah mushola Al Hidayah. Di sana kami sempat berbincang dengan pak Ainur Rofiq. Dari cerita beliau, di pulau Kubung terdapat 40 KK dan hanya 7 KK yang beragama Islam, sisanya beragama Kristen.

Pulau Kubung

Di mana-mana yang namanya menjadi minoritas itu udah pasti gak enak, pak Ainur Rofiq juga cerita tentang tempat pemotongan babi terbesar di Batam yang ternyata letaknya ada di pulau Kubung. Babi-babi itu kemudian di ekspor ke Batam, bahkan juga ke manca negara.

Di pulau Kubung ini ada mushola baru berdinding batu yang pembangunannya tersendat sejak kaki pak Ainur Rofiq tertusuk paku berkarat dua bulan lalu. Karena selama ini, pak Ainur Rofiq lah yang membangun mushola tersebut dengan dana bantuan dari LAZ Batam Center. Sampai kemarin saat menemui kami, kaki pak Ainur Rofiq masih terlihat bengkak.

ngobrol2 ama pak Ainur Rofiq

Faktor lain yang menghambat pembangunan mushola di pulau Kubung adalah karena biaya operasional yang tinggi. Satu-satunya kapal yang biasa dipakai untuk mengangkut material dari Batam dibawa lari oleh orang yang dipercaya untuk mengoperasikannya. Benar-benar sebuah ujian keimanan bagi mereka, warga muslim di pulau Kubung.

mushola al Hidayah @ pulau Kubung

Obrolan dengan pak Ainur Rofiq sore itu menjadi penutup yang manis dari serangkaian perjalanan kami menyusuri pulau-pulau di sekitar Batam kemarin. (D)


Special thanks :
  • Allah SWT yang telah menciptakan alam ini dengan begitu indahnya
  • Dina yang udah mem-forward email tentang jalan-jalan ini
  • Eka yang udah mau direpotin selama beberapa hari kemaren
  • Pak Sholeh yang udah nganter kita keliling pulau
  • Teman-teman seperjalananku kali ini (Melly, Santi, Endro, Heprin, Teguh, Feni, Budi, Faisal dan Pak Amri)
  • Pak Ainur Rofiq di pulau Kubung atas kisahnya yang membuat kami merasa bersyukur atas apa yang sudah kami miliki sekarang ini.
  • Pak sopir, pak tekong, keluarga nelayan di pulau Air Raja yang udah menjamu kita. Makasih buat semua….
  • Terakhir…. Terima kasih Indonesia, makin cinta deh ama kamu…


You Might Also Like

19 komentar

  1. wah... kereen, komplit laporannya.
    5 pulau berhasil dikunjungi dalam 1 hari.

    Subhanallah, di P. Ngenang ada PAUD-nya juga ya..

    ReplyDelete
  2. itu karena jaraknya cukup berdekatan mas.... paling jauh jaraknya 30 menit naik pompong :)

    iya, di pulau ngenang ada paud nya. bangunannya udah permanen berdinding batu..

    ReplyDelete
  3. gak sempat nanya-nanya mas.... kemaren kita kesana pas hari minggu. sekolahnya tutup... :)

    ReplyDelete
  4. Wah menjelajah dari pulau ke pulau neh, seru n tiap pulau ada ciri khasnya.
    Aku pengin difoto sambil melompat tapi belum kesampaian.

    ReplyDelete
  5. Wah menjelajah dari pulau ke pulau neh, seru n tiap pulau ada ciri khasnya.
    Aku pengin difoto sambil melompat tapi belum kesampaian.

    ReplyDelete
  6. coba aja wan... tergantung fotografer juga sih... :)

    ReplyDelete
  7. Hi Dee, nice foto's and you all sure like to explore the islands and never forget to eat!LOL!

    ReplyDelete
  8. subhanallah, semoga pak Ainur Rofiq diberi kesehatan dan kemantapan iman selalu. Baru tahu kalo p.kubang itu sumber B2 di Batam..

    Kepulauan Riau emang keren2 sih mbak pulau2 nya, semoga bisa tetap terus terjaga..

    ReplyDelete
  9. makan-makan itu yang tak boleh terlewat aunty.... :))

    ReplyDelete
  10. Baru tahu ditempat itu ada pemotongan babi bahkan sampai di Ekspor. Pulau di Indonesia ini mana yang nggak cantik? Subhanallah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak.. pulau di Indonesia ini emang cantik-cantik, dan masing-masing punya keunikan tersendiri :)

      Delete
  11. Huaaaaa, Mbak Dee An keren bingits... perjalanannya tak hanya seru, namun juga sarat makna. ira

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, salah satu berkah tinggal di daerah kepulauan niih.. banyak kisah dari setiap pulau yang disinggahi :)

      Delete
  12. huaaaaa racunnya itu lho bisa megang lumba lumba

    ReplyDelete
  13. Gimana yaa cara nya ke Pulau Mencaras?? Tlong share plisss,,, :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau mau ke Pulau Mencaras bisa dari pelabuhan Punggur di Batam (bukan pelabuhan yang untuk ferry ya, tapi pelabuhan tikus..) menurut teman, bisa juga dari jembatan 2 Barelang, tapi agak lebih jauh.. Lebih enak kalo pergi rame-rame (sekitar 8 orang) karena harga sewa pompongnya sekitar 800ribu untuk seharian. 1 pompong bisa muat untuk 8 penumpang. Jadi 1 orang kena 100 ribu aja. Mudahan infonya jelas ya mbak :)

      Delete
  14. Huaaaaaaaaaa si Bimbim ternyata namanya.....sekarang si bimbim sudah tidak bisa bebas di cium lagi....apa karna sekarang bimbim sudah punya pasangan yah.......huahahahaha

    ReplyDelete