Gelap-Gelapan di Gua Pandan dan Nikmatnya Kuliner Serba Pepaya

Saturday, November 18, 2017

Gua pandan lampung timur, gua pandan lampung

Happiness can be found, even in the darkest of times, if one only remembers to turn on the light - Albus Dumbledore

Setelah diguyur hujan sepanjang malam, pagi itu matahari bersinar cerah di Lampung Timur. Secerah wajah-wajah kami yang bangun dengan semangat 45. Gimana gak semangat, kan semalam tidurnya pada nyenyak dibuai suara hujan dan empuknya kasur di guesthouse di rumah dinas Sekda Lampung Timur, Bapak Syahrudin Putra. Jadi wajar kalo pagi itu wajahnya pada berseri-seri. Ditambah lagi pagi itu kami kompakan pake kaos Lampung Timur Yay (@yay_lpg), yang bikin kadar kekerenan kami jadi naik beberapa level. Cieeee...

Hari itu kami akan mengunjungi Gua Pandan yang ada di Desa Girimulyo, Kecamatan Marga Sekampung, Lampung Timur. Untung cuaca cerah. Karena menurut mbak Sari semalam, kalau hari ini hujan, terpaksa acara ke Gua Pandan kudu direschedule. Gak mungkin banget kan kita hujan-hujanan main ke gua. Jadi begitu bangun tidur, dan meliat cuaca di Lampung Timur sedang cerah ceria, kami langsung hepi. 

Foto bareng pak Sekda di rumah dinasnya | Foto by Rinto Macho

Jam 8 pagi kami sudah bergerak meninggalkan rumah dinas pak Sekda yang nyaman dan asri. Bang Rinto mengemudikan mobil dengan santai menuju Labuhan Ratu, tempat di mana kami janjian bertemu dengan mbak Sari, tukang foto cantik dari Lampung Timur. Kami ketawa-ketawa bahagia sepanjang perjalanan. Adaa aja yang jadi obrolan dan bahan becandaan. Rombongan kami hari itu kalau dilihat-lihat cocok banget untuk dijadikan prototype keluarga bahagia dan sejahtera. Lengkap terdiri dari bapak ibu dan 4 orang anak perempuannya yang manis-manis. 

Sampai di Labuhan Ratu, mbak Sari mengajak kami mampir di warung pempek. Semua langsung semangat, dan mendadak lupa bahwa baru satu jam yang lalu kami meludeskan nasi plus ayam goreng di rumah dinas pak Sekda. Pempek mah emang pantang ditolak. Apalagi ditemani secangkir kopi. Wuiih.. Cocok bener ini mah. Kalo kata bang Rinto, asupan caffein harus segera dipenuhi, sebelum kena gegar otak, hahaha. 

Pempek dan kopi

Menuju Girimulyo

Tidak berlama-lama di warung pempek, kami pun melanjutkan perjalanan yang menurut mbak Sari masih sekitar 2 jam lagi. Masih cukup jauh. Kecamatan Marga Sekampung yang menjadi tujuan kami merupakan kecamatan paling baru di Lampung Timur. Dan Desa Girimulyo, tempat di mana Gua Pandan berada, adalah desa paling ujung di Kecamatan Marga Sekampung. Jadi, mari kita nikmati saja perjalanan ini..

Saya tak lagi menghitung berapa tikungan dan berapa persimpangan yang kami lewati. Yang saya ingat hanya, semakin lama kondisi jalan yang kami lalui semakin rusak. Kami hanya bisa pasrah terguncang-guncang di dalam mobil. Iya, pasrah.. daripada disuruh turun dan jalan kaki, kan capek! Apalagi saat ini emang belum ada angkutan umum ke Girimulyo. 

Memasuki Kecamatan Marga Sekampung, kami melewati beberapa tugu yang bentuknya mirip obelisk. Dari sekian tugu, ada satu yang menarik perhatian kami. Sebuah tugu berwarna pink bertuliskan Tugu Kramat, yang berdiri tegak di depan sebuah masjid. Sebenarnya saya penasaran, kenapa tugu itu dikasih nama Tugu Kramat? Tapi pagi itu tak ada waktu untuk menuntaskan rasa penasaran saya. Karena saat itu kami lebih fokus mencari jalan yang benar menuju Desa Girimulyo. 

Tugu Kramat | Foto by Rian

Meski sudah dipandu lewat telepon, kami masih sempat salah jalan. Hingga akhirnya seorang bapak berpostur tinggi menjemput kami dengan sepeda motornya. Kami tinggal mengikutinya dari belakang. Beliau dari Bhabinkamtibmas (Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) Desa Girimulyo. 

Mengenal Desa Girimulyo

Akhirnya kami sampai di rumah Pak Tri Joto yang berhalaman luas dan rindang. Di rumah Sekretaris Pokdarwis Girimulyo itu sudah ada Pak Asmawik Kepala Desa Girimulyo, Pak Petrus Ketua Pokdarwis dan beberapa orang pengurus dan anggota Pokdarwis lainnya. Dua buah teko berisi kopi dan teh manis pun sudah disiapkan untuk kami. Tak ketinggalan toples-toples berisi aneka makanan ringan yang menunggu untuk dicicipi. Gak nyangka bakal disambut seperti ini. 

Ngobrol santai bareng pak lurah sambil ngopi dan ngemil

Sambil mengobrol asyik tentang potensi yang ada di Girimulyo, mulut kami pun tak berhenti mengunyah peyek renyah yang disuguhkan tuan rumah. Sebagai desa paling ujung dari 8 desa yang ada di Kecamatan Marga Sekampung, Girimulyo termasuk desa yang cukup kaya akan potensi alam. Komoditi unggulan dari desa ini antara lain alpukat, pepaya, coklat, jagung, kelapa, lada, dan pisang. Yang hasilnya dijual ke Jakarta. 

Desa yang berulang tahun setiap tanggal 9 Juli ini juga mempunyai sirkuit untuk motor cross. Lengkap dengan komunitas motor yang sudah beberapa kali mewakili Lampung Timur di event kejuaraan motor tingkat nasional. Nama komunitas motornya adalah TMS (Thomas Motor Sport)


Berada di Desa Girimulyo, sejenak membuat saya seperti tidak sedang berada di Lampung. Rasanya seperti sedang mudik ke Jawa. Orang-orang di sekitar saya semuanya mengobrol dan bercerita menggunakan bahasa Jawa dengan logat Jawa Tengah yang khas. Menurut keterangan pak lurah, 30% dari total sekitar 8000 jiwa yang ada di Desa Girimulyo berasal dari suku Banten, dan sisanya adalah suku Jawa. Tapi kalau ditanya, dengan bangga mereka pasti akan menjawab, bahwa mereka adalah orang Lampung. Pernah dengar peribahasa Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung? Nah, mereka membuktikan bahwa kalimat itu bukanlah sekadar peribahasa. Tapi pedoman untuk menjaga toleransi di tengah masyarakat yang heterogen baik secara kultural, adat, agama, maupun status sosial. 

Menuju Gua Pandan

Untuk blusukan ke dalam gua, kami diminta memakai sepatu boot yang sudah disediakan. Semuanya masih baru loh. Meskipun ukuran sepatunya kebesaran, tapi rupanya tak mengurangi kadar kekerenan kami. Malah rasanya jadi nambah. Sudahlah pakai kaos keren Lampung Timur Yay, sekarang ditambah pula pakai sepatu boot. Kamera mana kamera?? Penampilan kami udah keren nih buat pepotoan OOTD, huahahaha... 

Foto bareng di rumah pak Tri Joto | Dok. Katerina

Setelah semua merasa keceh beres, kami pun siap menuju Gua Pandan. Jarak dari rumah pak Tri Joto ke Gua Pandan hanya sekitar 2 km. Beberapa dari kami naik motor, dan sisanya menumpang mobil bang Rinto. Sampai pada suatu pertigaan, di mana terpasang plang sederhana bertuliskan Gua Pandan, bang Rinto memutuskan untuk berhenti dan memarkir mobilnya di depan sebuah masjid tak jauh dari situ. Saya, mbak Rien, yuk Annie, dan Rian yang menumpang mobil bang Rinto akhirnya meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki. Tidak jauh, hanya sekitar 500 meter saja. 

Plang sederhana penunjuk arah Gua Pandan

Jalan menuju Gua Pandan cukup lebar, bahkan untuk dilewati kendaraan roda empat. Jalurnya berupa jalan tanah yang membelah perkebunan warga yang ditumbuhi tanaman lada, pisang, dan pepaya. Di sepanjang jalan yang kami lewati juga bertebaran pecahan batu granit yang tertumpuk begitu saja di pinggir jalan. 

 Jalan kaki ke Gua Pandan

 Kondisi jalannya seperti ini

Tempat parkir kendaraan tak jauh dari pintu masuk Gua Pandan

Dari namanya, siapa pun pasti bisa menebak kenapa gua ini dikasih nama Gua Pandan. Kalo tebakan saya sih, pasti karena di sekitar gua ini banyak tanaman pandan. Ternyata benar. Tapi saya gak nyangka, kalau tanaman pandannya segede ini. Saking gedenya, bahkan hampir menutupi pintu masuk gua. Malah katanya, dulu tanaman pandannya lebih gede dari ini. Wuidiih..

Tanaman pandan di pintu masuk gua

Sebelum masuk ke dalam gua, pak Tri Joto membagi-bagikan headlamp. Karena jumlahnya terbatas, jadi cuma beberapa orang saja yang kebagian. Untung saya sudah bawa headlamp dari rumah. Headlamp ini merupakan salah satu benda yang selalu ada dalam ransel saya. 


Pintu masuk ke Gua Pandan berupa lubang besar di tanah dengan diameter sekitar 6 meter. Dari jauh, gak bakal kelihatan kalau di situ ada lubang. Untuk pengaman, di sekeliling lubang diberi pagar berupa tali. Bergantian, kami pun turun menapaki batu-batu dan perlahan-lahan mulai masuk ke dalam perut bumi. Selamat datang kegelapan! Selamat datang petualangan!

Foto bareng pak lurah sebelum masuk gua

Menembus Kegelapan Gua Pandan

Lapang dan bersih. Itulah kesan pertama yang saya rasa sewaktu berada di dalam Gua Pandan. Tak ada bau kotoran kelewar seperti yang kerap tercium di gua-gua pada umumnya. Bau yang menelusup ke dalam indera penciuman adalah aroma tanah basah. Sesekali angin membawa wangi pandan masuk ke dalam gua.

Kami berjalan beriringan. Untung kami memakai sepatu boot bersol karet. Karena tanah dan bebatuan di dasar gua cukup licin ketika dipijak. 

Semakin masuk ke dalam gua, lorong yang kami lewati terasa semakin sempit dan rendah. Di beberapa titik kami harus berjalan sambil menunduk, bahkan jongkok. Untung bagian yang harus jalan jongkok gak banyak, cuma beberapa meter aja. CUMAAA?? Ngana bilang cumaaa?? Yang beberapa meter itu aja udah cukup bikin dengkul dan betis keram, gaees!

Bagian gua yang harus dilewati dengan jalan jongkok

Yang Istimewa di Gua Pandan

Di dalam Gua Pandan ini ada satu tempat yang istimewa banget. Bisa dibilang ini adalah ikonnya Gua Pandan. Kalau bahasa kekiniannya, ini dia spot wajib untuk berfoto di Gua Pandan. Warga setempat menyebutnya Jabal Nur. Tempatnya berupa batu besar di tengah-tengah gua. Nah di langit-langit gua, tepat di atas batu itu ada sebuah lubang kecil yang memungkinkan seberkas cahaya masuk ke dalam gua. 

Gua pandan, gua pandan lampung timur
Jabal Nur di Gua Pandan | Foto by Sari Marlina

Jadi kalau berkunjung ke Gua Pandan, usahakan berada di spot ini tepat jam 12 siang dan ketika matahari sedang bersinar garang. Padamkan semua senter, dan biarkan hanya seberkas sinar yang masuk dari celah di langit-langit gua itu sebagai penerangnya. Sumpah! Itu bakal jadi pemandangan yang indah banget!

Selain Jabal Nur ini, di dalam Gua Pandan ada juga batu yang bentuknya mirip kursi. Batunya cukup besar, jadi bisa didudukin. Batu berbentuk kursi ini juga merupakan salah satu spot menarik yang ada di Gua Pandan. 

Batu berbentuk mirip kursi

Bukan acara Katakan Cinta, hahahaha...

Waspada Jelatang!

Oiya, satu hal yang harus diwaspadai di Gua Pandan ini adalah tanaman jelatang. Tau kan kalau daun tanaman jelatang ini mengandung racun yang bisa bikin kulit kita gatal-gatal bila menyentuhnya. Kalau sampai terkena daun jelatang, jangan digaruk. Usahakan secepat mungkin untuk mencabut rambut halus tanaman jelatang yang terlanjur menempel ke kulit. Cara yang saya tau sih menggunakan solasi/lakban. 

Ada juga yang menyarankan untuk mengobatinya dengan cara mengoleskan getah tanaman jelatang ke bagian kulit yang terkena. Ini teorinya mengobati racun dengan penawar yang ada pada sumber racun tersebut. Tapi saya belum pernah nyoba, dan semoga gak akan pernah ada alasan untuk mencoba. Saya pernah terkena jelatang. Waktu itu sih cuma diobatin pake minyak angin. Hehehe. Sembuh? Iya, sembuh. Setelah menahan gatal dan perih selama berjam-jam. Hehehe..

Pohon di belakang kami itu adalah jelatang | Foto by: Sari Marlina

Tapi apapun saran orang tentang cara mengobatinya, saya jauh lebih menyarankan untuk menghindarinya. Bukan kenapa-kenapa. Perih, cyiiin! Errr.. walaupun rasa perihnya gak seperih ditinggal pacar saat masih sayang-sayangnya, yang namanya perih tetep aja perih! Btw ini gak ada perumpamaan lain apa ya? Huahahaha...

Akhirnya kami keluar dari dalam gua dengan selamat sentosa, dan perasaan gembira luar biasa. Senang rasanya bisa melihat sinar matahari lagi. Kami keluar dari mulut gua di sisi lainnya. Menurut pak Asmawik yang siang itu ikut menemani kami masuk ke dalam gua, diperkirakan luas area Gua Pandan ini sekitar 5 km². Dan jalur yang baru saja kami susuri itu ternyata cuma sekitar 200 meter. Whaaat?! Eciyuus?! Kok rasanya kami kayak sudah berjalan berkilo-kilo meter di dalam gua ya?! Huahaha...

Don't try this at home. Adegan ini diperankan oleh ahli, huahahaha...

Lega setelah keluar dari gua | Dok. Rian

Gua Pandan ini sebenarnya sudah ditemukan sejak tahun 80-an. Tapi baru sekitar 2 bulanan ini mulai dipromosikan sebagai salah satu objek wisata di Lampung Timur. Selain Gua Pandan, ada beberapa gua lain di kompleks ini. Di antaranya adalah Gua Kelelawar dan Gua Sumur. 

Di sekitar pintu masuk Gua Pandan ada beberapa warung yang menjual makanan dan minuman ringan. Untuk masuk ke dalam Gua Pandan tidak dikenakan biaya. Pengunjung hanya dikenai biaya parkir. Untuk sepeda motor bayarnya Rp 5.000 sementara mobil Rp 10.000. Untuk jasa pemandu cukup bayar Rp 15.000 per orang. 

Minum es degan setelah keluar gua | Dok. Katerina

Penunggu kebun pepaya

Yang namanya masuk gua, pasti gelap kan? Jadi alangkah baiknya kita mempersiapkan diri dengan senter atau headlamp. Jangan lupa gunakan alas kaki bersol karet. Kalau mau gampang sih, bisa menyewa dari pokdarwis pengelola Gua Pandan. Untuk sewa headlamp, sepatu boot dan helm, kamu cuma perlu merogoh kocek sebesar Rp 10.000. Murah dan pastinya gak ribet. 

Nikmatnya Kuliner Serba Pepaya

Setelah gelap-gelapan di dalam gua, kami kembali ke rumah pak Tri Joto. Alhamdulillah, langsung disambut dengan es teh manis yang bikin saya kalap. Iya, saking kalapnya sampe gak kerasa langsung ludes 3 gelas. Haus apa doyan, mbak?!

Gak menunggu lama, hidangan makan siang pun tersaji di depan mata. Duh Gusti, pengertian banget tuan rumahnya, hehehe. Menu siang itu istimewa banget. Kuliner serba pepaya. Mulai dari buah, daun, bunga, sampai batang pepaya diolah jadi makanan lezat yang bikin kami nambah-nambah saking nikmatnya. 

Sayur tumis buah pepaya + pete | Dok. Katerina

Kuliner serba pepaya ini adalah kuliner khas Desa Girimulyo. Kalau buah, daun, dan bunga pepaya, saya tau bisa diolah jadi makanan enak. Tapi batang pepaya?! Baru di Girimulyo ini saya mencicipinya. Dan ternyata, rasanya enak pake banget! Oiya, satu lagi.. Jangan bilang daun pepaya pahit, kalo belum nyobain sayur daun pepaya di Desa Girimulyo! 

Sayur tumis daun, bunga dan batang pepaya | Dok. Katerina

Melihat kami yang makan dengan nikmat begitu, bikin bang Rinto yang sebelumnya menolak makan karena katanya sudah kenyang makan pecel di Gua Pandan jadi tergoda. Akhirnya beliau pun ikut mencicipi hidangan lezat yang bikin kami enggan berhenti itu. 

Makan nikmat dalam suasana penuh keakraban itu bikin kami betah. Kalau gak ingat kami harus melanjutkan perjalanan ke destinasi lain, rasanya ingin berlama-lama di situ. Meludeskan makanan serba pepaya yang nikmat banget itu. 


Kuliner serba pepaya ini gak setiap saat tersedia di Girimulyo. Jadi kalau teman-teman penasaran ingin mencicipinya, harus pesan dulu. Nikmatnya sih dijadiin paket seperti kami gini, jadi sehabis jelajah Gua Pandan, dilanjut dengan menikmati kuliner serba pepaya khas Desa Girimulyo. Wuaaaah.. ini baru namanya paket komplit! 

Di Girimulyo juga sudah tersedia homestay yang dikelola oleh Pokdarwis. Jadi kalau teman-teman ingin mengenal Desa Girimulyo lebih dekat, lebih asyik kalau menginap. Suasana Desa Girimulyo nyenengin banget. Penduduknya ramah-ramah. Bikin betah pokoknya. Saya aja betah, dan pengen balik lagi.. 

Kalau teman-teman mau berkunjung ke Girimulyo, bisa langsung menghubungi Pak Petrus. Beliau adalah ketua pokdarwis Girimulyo. Nomor teleponnya 0823-7242-7086

Jadi, kapan kamu mau ke Lampung Timur?

You Might Also Like

41 komentar

  1. Bener tuh pempek dan kopi buat anti gegar otak. Kalo aku malah gegar lambung kalo makan dan minum kopi dalam keadaan perut kosong 😂😂

    Ternyata ada juga foto sedang merangkaknya. Alhamdulillah gak ketemu ular haha. Adegan yg dilakoni oleh ahlinya itu keren banget lho 😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak masih sempat motoin pas jalan jongkok itu.. Hahaha itu ahlinya emang udah profesional banget.. 😂😂😂

      Delete
  2. wahh goanya menarik yaa..
    saya belum pernah berkunjung ke lampung timur euy.
    Noted buat daun jelatangnya yang bikin gatel2..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Banyak yang menarik di Lampung Timur. Gua Pandan ini baru salah satunya aja 😊

      Delete
  3. Aku suka semua olahan pepaya, tapi baru denger batangnya bisa diolah. Penasaran

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak.. Aku pun baru kali ini makan batangnya hahaha.. Ternyata enak!

      Delete
  4. wah seru banget mbak jalan-jalan ke gua, cuma aq ngeri deh kalo ke gua, takut gak bisa keluar lagi,, hahaha.. yg foto pertama keren mbak,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi iya mbak.. Main2 ke gua itu kadang ada perasaan ngeri, takut tiba2 longsor dan kita gak bisa keluar dari gua hihihi..

      Tapi bismillah aja. Insya Allah aman kok..

      Delete
  5. Aih asyik bener ini ngebolangnya. Aku lho kangen ke lapangan dengan sepatu boot kayak gitu. Jelajah perut bumi

    Cakep-cakep euy foto dalam goanya
    Sinar matahari yang nembus dinding goa itu bikin viewnya jadi cakep

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sepatunya bikin makin keren ya mbak 😁😁😁😁 Iya, spot Jabal Nur itu emang keren banget mbak. Aslinya jauh lebih keren daripada foto

      Delete
  6. Wah..keren sekalii...saya belum pernah lihat gua, penasaraannnn....hihiii

    ReplyDelete
    Replies
    1. Main-main ke Lampung Timur, mbak.. Ada sekitar 10 gua yang bisa menuntaskan rasa penasaran 😊

      Delete
  7. Itu MONAS? Haha..

    Untung gak pernah ditinggal pacar pas lagi sayang2nya,, ditinggalnya pas udah bosan wkwkwk..

    Gua pandan ini mirip goa batu kapal di Sumbar.. Ada cahaya dari surga juga pas kisaran jam 12 siang hihi..

    -Traveler Paruh Waktu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha iya. Puncaknya mirip monas 😁😁😁 Aku baru baca postinganmu tentang Gua Batu Kapal. Cakep ya, bisa ada efek warna warni gitu...

      Delete
    2. Hihi iyaa,, warna warni syantiik.. :D

      Delete
  8. Hihi.. fot-fotonya bikin senyum-senyum nih, Mbak. Dari adegan ala-ala Katakan Cinta sampai adegan keluar gua oleh ahlinya. Hahaha... #ups salah fokus.
    Ternyata ada spot-spot unggulan ya di dalam gua. Keren emang tuh kalo buat foto-foto. Hehe. Semoga ke depannya gua ini bisa menjadi destinasi wisata Lampung Timur yang kian diminati. Apalagi ada paket lengkap masakan serba pepaya yang wow banget itu... hemm.. mupeng saya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, saya sampe takjub ngeliat spot Jabal Nur itu. Paket lengkapnya itu emang cocok banget. Abis dari gua, bisa puas-puasin makan sayur olahan pepaya. Yuk ke Lampung Timur, mbak!

      Delete
  9. Itu goanya ga bakal bisa dilewatin ama mamaku.. Secara udh susah utk jalan jongkok gitu :p. Aku jd inget pas hrs jln merunduk, trs agak jongkok pas di chuchi tunnels , ho chi minh city mba. Kluar dr goanya, berasa ga sanggub berdiri wkekekek... Gitu jg kali ya kalo kluar dr goa pandan ini :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah iya, aku pernah denger tentang Chuchi Tunnels ini. Jalan jobgkoknya lebih panjang ya dari yang di Gua Pandan ini. *elus-elus dengkul dan betis 😁😁

      Delete
  10. Bagus banget guanya mbak. Itu udah boleh buat masyarakat umum gak sih?
    Jd harus ke sana siang ya biar bisa liat cahaya matahrai masuk? :D
    TFS

    ReplyDelete
    Replies
    1. Boleh, Pril. Ini udah dibuka untuk umum kok. Sudah cukup banyak masyarakat luar Lampung Timur yang kesini

      Delete
  11. Keren banget, mba spot fotonya di gua, duh bisa menjelajahi gua pasti pengalaman yang tidak terlupakan yah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener banget mbak Rani.. Tak terlupakan dan bikin kangen pastinya

      Delete
  12. Jalan-jalan ke guany kece banget, seru, makanannya pun tampaknya menggugah selera

    ReplyDelete
    Replies
    1. Banget, mbak. Ditambah penduduknya yang ramah-ramah. Beneran paket komplit

      Delete
  13. Pokoknya kalau main ke tempat blusukan gini, anak-anak di skip dulu ya. Nunggu mereka bisa dititipin ke neneknya hahaha
    Btw, sajian serba pepayanya nikmat bener mbak, baru minggu lalu aku masak tumis pepeya pedas :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha bener, Von. Bahaya bawa bocah, apalagi yang typical aktif lari sana sini. Bisa sibuk kita nyariin mereka ntar, hehehe.. Duh tumis pepaya pedas bikin ngiler....

      Delete
  14. Itu ada satu orang yang sibuk sama toples padahal lagi ngomong sama pak Lurah sapa ya? hahahaha

    Cakep goanya mbak Dee. Keinget goa yang di Yogya itu walaupun ini versi mininya kali ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hush! Jangan kenceng2 ngomongin mbak yang sibuk ama toples. Ntar kualat 😁😁
      Oh yang dimaksud Gua Jomblang ya?

      Delete
  15. Guanya menarik dikunjungi ini! Segera atur rencana ke sana sepertinya :')

    ReplyDelete
  16. Jabal Nur ala Goa Pandannya bikin penasaran Mbak. Aq terakhir masuk goa udah lama banget, awal SMA kayaknya, haha. Insyaallah mau ke Lampung, hehe, tp ga ke destinasi ini sih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Brati next time harus balik lagi ke LamTim, hehehe..

      Delete
  17. Pengen ih wisata gua. Sensasiny itu ya. Kl buat org phobia sempit bikin lemes kayaknya. Anyway sayur serba pepaya bikin ngiler mb. Aq sukaak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya.. Kayaknya bikin keringat dingin dan gak nyaman gitu ya? Tapi terbayar kok perjalanannya setelah sampai di Jabal Nur. Apalagi setelah mencicipi kuliner serba pepayanya. Hmmm...

      Delete
  18. Tugu Kramat-nya mirip monas mini gitu sekilas. Familiarisation trip ke daerah-daerah gini yang paling disukai tetep kuliner ndesonya. Kalau objek wisata, kebanyakan ya hampir sama. Apalagi gua. Sejauh ini, gua paling spektakuler yang pernah didatengi ya gua-gua kapur di Pacitan, Lamongan, sama gua-gua yang ada gambar purba macam Leang-leang.

    ReplyDelete
  19. batang pepaya dimasak? Duh, jadi penasaran! mungkin kalau tahu cara pengolahan dan memasak jadi enak ya ...

    ReplyDelete
  20. Seru banget petualangannya, btw yang foto ttg katakan cintanya kocak... wkwkwkwk

    ReplyDelete
  21. Wah..seru banget nih adventure ke gua, e tapi aku suka parno kalau masuk tempat gelap dan sempit..hehehe...Sayur daun pepaya bikin penasaran karena aku pernah masak tapi hasilnya paiittttt banget..hahaha

    ReplyDelete
  22. itu di foto lagi ngobrol samo si bapak.. ado bule(k) ngemil krupuk :D

    ReplyDelete
  23. Biar ga pahit dikasih lempung Mbak.. itu cara kami masyarakat Desa Girimulyo yg udah biasa masak daun pepayanatau batang pepaya.. sini main ke Lampung Timur mbak..

    ReplyDelete