KL & Thailand Trip | 1. Ternyata Twin Tower beda ama Menara Kembar

Wednesday, July 21, 2010


Pas lagi bongkar2 file di laptop, eh nemu cerita ini... Yang sebenernya merupakan cerita perjalananku di bulan November 2009 kemaren. Udah lama juga sih..., tapi karena belom di posting jadi aku posting sekarang aja deh...

===========================================================

Prolog : Perjalanan ini tercipta dari obrolan iseng di sebuah warung mi ayam di Panbil, Batam. Awalnya Ika yang pengen banget bisa  backpackeran ke negara tetangga. Maka keluarlah ide2 gila dari kami (aku, Oke, Ika n Dayu) Akhirnya kami sepakat menjadikan Thailand sebagai tujuan kali ini. Mulai lah kami browsing berbagai info di internet. Dan setelah semua siap, tiba2 Dayu n Ika memilih gak jadi pergi. karena ada hal lain yang gak memungkinkan mereka untuk pergi.. Hal ini sempat membuat aku n Oke ragu, terus atau ikut mundur..?! Tapi karena udah terlanjur semangat n udah keburu apply cuti, akhirnya aku n Oke tetep berangkat walaupun cuma berdua aja...
*****

Dengan langkah terburu-buru aku dan Oke memasuki pelabuhan ferry Batam center sore itu. Untung aja kemarin kami sudah membooking tiket untuk jam 5 sore ini. Kami langsung menuju counter dan tiket ferry PP Batam – JB – Batam seharga 375 rupiah per orang itu berpindah ke tangan kami. Tanpa ada hambatan yang berarti kami melewati petugas imigrasi.

Pfiuuuh… lega rasanya ketika aku sudah menghempaskan tubuh ini ke salah satu kursi di dalam kapal. Seperti biasa, aku selalu memilih duduk di samping jendela kalau sedang naik kendaran umum. Alasan standart lah, biar lebih puas menikmati pemandangan di sepanjang jalan yang aku lewati. Padahal kebanyakan aku malah tertidur di perjalanan, terlebih kalau jalur perjalanan itu sudah sering aku lewati. Goncangan bis atau ayunan kapal serasa bagai buaian yang menina bobokan aku. Begitu juga kali ini, jadi gak banyak yang bisa aku ceritakan tentang pemandangan di sepanjang perjalanan menuju Stulang Laut yang memakan waktu sekitar 1 jam setengah ini. Karena aku tertidur pulas dan terbangun ketika kapal sudah merapat ke dermaga Stulang Laut.

Walaupun sudah sering masuk ke Malaysia,  terutama Johor Bahru, tapi baru kali ini aku memasukinya lewat laut. Biasanya aku selalu masuk lewat darat. Jadi baru sekarang aku tau yang namanya pelabuhan Stulang Laut itu bentuknya seperti apa. Sama seperti di Harbour front Singapore, pelabuhan Stulang Laut juga menjadi satu dengan mall. Namanya The Zon. Gak berlama-lama disini, karena kami akan langsung menuju Larkin terminal, untuk meneruskan perjalanan kami ke KL kemudian lanjut ke Hatyai, Thailand.


Gak sulit menemukan taxi yang mangkal di luaran komplek The Zon. Setelah deal dengan 10 RM maka meluncurlah kami menuju terminal bus Larkin. Ga jauh, cuman sekitar 10 menit perjalanan. Sesampai di Larkin kami langsung mencari tiket bus menuju KL. Sebenarnya ada bis yang langsung dari Larkin ke Hatyai, sehari cuman 2 kali. Jam 7 pagi n jam 7 malam. Kami terlamat 30 menit. Akhirnya bis tujuan KL menjadi pilihannya. Dapet tiket seharga 31 RM/org. Berangkat jam 9 malam waktu Malaysia. Ada selisih waktu 1 jam antara Malaysia dengan WIB. Lumayan, masih ada waktu 30 menit untuk mengisi perut. Aku mengajak Oke ke salah satu warung makan yang terdapat di salah satu sudut terminal. Sepiring nasi, ayam goreng dan sop ceker ditambah es milo yang rasanya TOP banget jadi menu makan malam kita.



Jam 9.15 malam bis yang kita naiki bergerak perlahan meninggalkan terminal Larkin. Bisnya lumayan juga. Seperti biasa, aku memilih duduk di samping jendela dan gak perlu waktu lama untuk bisa terlelap dan terbang ke alam mimpi… Jangan mambayangkan bis malam disini seperti bis malam di Jawa, dimana sopir bis nya seolah2 mantan pembalap F1 semua yang menganggap jalan raya sama seperti sirkuit balap. Bis di Malaysia jalannya kalem2. Sampe kadang2 terkesan lelet buat aku yang udah terbiasa ama gaya sopir bis malam di Jawa. Lagian setiap 1 atau 2 jam bis pasti berhenti, memberi kesempatan pada para penumpang untuk ke toilet atau sekedar melemaskan otot2.

Jam 1 malam aku terbangun, ternyata bis sudah memasuki kawasan terminal Puduraya. Karena sudah lewat tengah malam, jadi bis gak masuk ke dalam terminal. Semua penumpang diturunkan di depan terminal Puduraya. Aku dan Oke segera menuju ke seberang terminal, dimana masih tampak beberapa operator travel yang buka 24 jam. Kami langsung mencari bis tujuan Hatyai. Ada 2 seat tersisa seharga 60 RM/org berangkat jam 9 pagi. Setelah berpikir panjang kali lebar, dan hasilnya tetep sama dengan  luas, maka tiket tersebut sepakat kami ambil. Tiket sudah ditangan, dan masih ada waktu sekitar 7 jam sebelum waktu keberangkatan besok pagi. Kami sama sekali ga berminat untuk menginap, jadi malam itu kami memutuskan untuk berjalan2 saja nikmatin suasana malam di KL. Melewati masjid Jame’ sampe ke Dataran Merdeka yang ternyata masih ramai oleh para pemuda yang menjadikan tempat itu sebagai tempat tongkrongan untuk menghabiskan malam.


Pas lewat di depan gedung Daya Bumi, hujan turun rintik2, jadilah kami memilih untuk nongkrong sambil berteduh di teras gedung Daya Bumi. Aku menengok jam di HP, sudah jam 3 dini hari waktu Malaysia. Tiba2 seorang security datang menghampiri kami dan menanyakan tujuan kami. Mungkin agak aneh aja ngeliat 2 cewek berjilbab keliaran di pinggir jalan jam segitu. Setelah aku jawab kalau kami mau pergi ke menara kembar Petronas, di KLCC. Dia sempat bingung, trus bilang gini “kalau yang di KLCC itu bukan menara kembar, tapi twin tower” hahahahahaha…. Kami baru tau, ternyata menara kembar itu beda toh artinya ama twin tower Akhirnya pak security tersebut menyuruh kami pindah ke teras gedung yang ada bangku betonnya. Lumayan lah daripada nongkrong di tangga

Rupanya pak security itu doyan mengobrol, macam2 hal yang dia tanyakan pada kami. Mulanya dia mengira kami adalah mahasiswa (hehehe… udah biasa dituduh mahasiswa kok) dan setelah tau kalau kami ini udah bekerja dan berasal dari Indonesia, langsung aja dia nyerocos “oh.. disini juga banyak orang Indonesia yang bekerja. Tukang cuci piring dan tukang bersih2 disini kebanyakan dari Indonesia” DAMMIT…!!! Trus dia nanya lagi, “kamu orang kerja di bagian apa?” aku jawab “kerja di shipyard, bagian engineering”. Trus dia nyerocos lagi “wah… berarti salary nya besar ya? Kalau disini orang Indonesia yang bagian profesional macam korang ini salary nya 1800 RM. Itu sudah besar… Tapi jarang sekali, kebanyakan ya jadi tukang cuci piring dan bersih2, kerja kasar jadi kuli pun banyak”. DAMMIT sekali lagi…!!! Seolah masih belum puas, dia nanya lagi “salary korang ada diatas 2000?” si Oke ngejawab “ya sekitar segitu…” “wah… kalau 2000 Ringgit disini sudah besar itu…” si Oke ngejawab lagi “bukan ringgit, tapi Sing dollar”. Puas rasanya ngeliat dia melongo gak percaya sambil ngeluarin HP nya nyari kalkulator, mungkin langsung meng kurs 2000 Sing dollar itu berapa ringgit…. Biar dia tau, kalo orang Indonesia itu gak cuman bisa jadi tukang cuci piring dan tukang bersih2 aja

Akhirnya security itu tertidur, masih sambil memegang HP nya, mungkin dalam tidurnya dia bermimpi tentang tukang cuci piring dari Indonesia yang mengipas2 kan duit ribuan dollar Singapur di depan matanya. Biarkanlah dia dengan mimpinya… Jam sudah menunjukkan pukul 5 subuh. Hujan pun sudah berhenti. Aku dan Oke bergegas mencari taxi untuk menuju KLCC. Lumayan, masih ada waktu buat poto2 ama si kembar menara Petronas. Dapet taxi, setelah tawar-menawar deal di angka 8 RM. Kemahalan sih, tapi biar deh. Lagian jam 5 subuh disana masih gelap banget, mana taxi masih jarang yang seliweran.

Sampe di KLCC kami langsung nyari toilet. Tapi ternyata toilet yang ada semua terkunci. Akhinya kami menuju masjid Asy syakirin yang terletak di taman KLCC untuk numpang ke toiletnya. Karena kami berdua emang lagi gak sholat pada waktu itu. Lumayan bisa sekalian cuci muka biar keliatan seger walaupun dari kemarin sore kami berdua belum mandi



Langit udah terang waktu kami keluar dari masjid. Kami langsung mencari spot terbaik untuk poto2 ama si kembar menara Petronas. Pilihan jatuh ke sebuah jembatan yang ada di tengah2 taman. Berbagai macam pose dan gaya kita abadikan, sambil mata ini terus ngelirik ke jam digital yang terpampang di atas gedung Maxis. Ga lucu banget kan kalo kita ketinggalan bis karena sibuk poto2.

Jam 7.30 kami segera meninggalkan si kembar dan kembali ke terminal Puduraya. Sampai di terminal Puduraya kami menyempatkan sarapan di salah satu warung India yang memang bertebaran di Malaysia. Pilihan kami jatuh pada seporsi prata kosong dan secangkir teh tarik.


Kelar sarapan kami langsung menuju counter tempat kami beli tiket semalem. Oleh seorang wanita yang bertugas disana kami disuruh masuk aja ke dalam terminal Puduraya platform 23. Disana rupanya udah banyak juga yang menunggu bis. Satu persatu bis datang dan pergi mengangkut para penumpang, tapi bis yang kami tunggu tak kunjung datang juga. 30 menit telah berlalu, Alhamdulillah… akhirnya bis tujuan Hatyai yang akan membawa kami datang juga. Aku dan Oke langsung memilih 2 seat paling belakang. Kali ini giliran Oke yang duduk disamping jendela. Bisnya lumayan juga, bakal tidur pules nih sepanjang perjalanan  Tepat jam 8.17 waktu HP ku, atau jam 9.17 waktu Malaysia bis yang membawa kami bergerak juga meninggalkan terminal Puduraya. Pffffuuuhhh…. Lega… akhirnya aku bisa tidur pules, sebagai wujud balas dendam karena aku belum tidur sejak semalam.


bersambung....

You Might Also Like

1 komentar